so beautiful, so colourfull

so beautiful, so colourfull

ELEMEN ketiga di dimensi value di konsep Marketing Plus 2000 adalah process. Juga elemen kesembilan di antara semua elemen yang terbagi dalam dimensi strategy, tactic, dan value. Mengapa process saya ''pasang'' di value bersama service dan brand ? Sebab, tanpa perbaikan process, service tidak bisa improved dan akhirnya akan berakibat pada brand image.

Terus terang, saya sangat terinspirasi oleh profesor-profesor dari Wharton School of Management yang mengaitkan process dan service. Reengineering process for customer service! Begitu maknanya kira-kira!

Bahkan, Philip Kotler pernah menanyakan kepada saya di Moscow pada 1998, mengapa process ''masuk'' di marketing? Jawab saya sederhana.Percuma saja punya strategi dan taktik yang bagus kalau tidak ada the real value creation. Brand yang kuat, buat saya, tercipta kalau mental service ada di seluruh perusahaan. Tapi, percuma saja kalau prosesnya tidak in line dengan kedua hal tersebut.

Ada tiga jenis proses utama yang harus diperhatikan. Satu, proses routine delivery yang harus menjamin kepuasan pembeli atau pelanggan. Dua, proses handling complaint yang makin penting lagi. Kalau tidak ada proses yang bagus, akan menjadi malapetaka.

Sedangkan, kalau prosesnya bagus, akan terjadi sebaliknya!

Tiga, new product development and commercialisation. Harus ada proses yang bagus dalam menangkap peluang di pasar dan merealisasikannya. Dengan mempunyai proses yang bagus dalam ketiga hal ini, akan terjadilah the real value creation. Kata orang Jepang, itu yang disebut gemba! Tempat value is created. Bisa di pabrik atau di pasar.

Jadi, yang saya maksud dengan proses memang dari hulu sampai hilir. Ada permintaan, keluhan, atau peluang dari pasar yang arahnya dari down to upstream. Arus baliknya adalah pemenuhan, penanganan, dan pengembangan produk dari up to downstream. Untuk kedua arah tersebut haruslah ada proses yang menjamin kualitas produk/servis (Q) baik, beaya (C) rendah, dan tepat waktu (D).

Jadi, ringkasnya Q, C, dan D untuk mendukung service (S), juga sering disebut QCDS untuk memperkuat brand. Bagaimana pergeserannya sesuai dengan situasi persaingan?

Pada situasi 2,5 C atau monopoli, proses sekadar SOP (system operating procedure). Orang-orang pabrik biasanya sangat ketat dalam menjalankan SOP. Sebaliknya, orang penjualan punya SOP, tapi sering lupa karena terlalu fleksibel. Mengapa?

Ya, karena di pabrik, semua pasti sedang di pasar hampir semua tidak pasti, terutama kalau situasi persaingan sudah bergeser terus. Pada situasi 2,5 C atau mild competition, process is interfunctional team work. Fungsi-fungsi selalu bersifat silo dan vertikal bahwa orang hanya menurut kepada atasan. Padahal, customer nggak ada urusan dengan fungsi-fungsi. Mereka hanya tahu perusahaan secara utuh.

Karena itu, harus ada kerja sama antarfungsi yang bersifat horizontal dalam proses melayani pelanggan. Di situasi 3 C, proses bukan hanya mengandalkan kerja sama antarfungsi, tapi juga harus melakukan functional streamlining. Tanpa adanya hal itu, tidak akan ada efisiensi.

Pada situasi 3,5 C, proses harus bersifat total delivery reengineering. Seluruh proses dirombak total dengan mempertimbangkan automation, outsourcing, insourcing, dan sebagainya. Dan, akhirnya, pada situasi yang ''berat'' 4 C, proses menjadi extended value chain. Artinya, pembenahan proses harus dilakukan bersama-sama dengan pihak ketiga, baik di upstream atau downstream.

Lihat bagaimana Toyota Astra Motor merancang Avanza dengan memperhatikan peluang di pasar akan ''mobil MPV di bawah Rp 100 juta''. Selanjutnya melakukan desain bersama Toyota Corporation Jepang dan bekerja sama dengan para supplier di Indonesia.

Begitu juga, Ikea yang selalu ingin menurunkan harga sesuai dengan positioning mereka value for money. Untuk bisa mencapai itu, Ikea mengajak kerja sama para supplier-nya.

Contoh legendaris berskala dunia adalah bagaimana Wall Mart mengajak kerja sama Procter and Gamble di Amerika untuk meniadakan stok dengan menjalankan ''just in time'' system. Orang Jepang menyebut itu kanban! Bukan just in case yang harus punya stok berlebihan supaya ada rasa safe. (*)
Posted by Kiasati On 7:32 PM No comments READ FULL POST

Upaya membangun MarkPlus Professional Service yang dimulai 1 Mei 1990 memang tidak mudah. Berbagai cara kreatif saya lakukan supaya MarkPlus bisa hidup dan maju, terutama pada tahun-tahun pertama. Salah satu cara yang saya pakai adalah menerbitkan buku.

Kumpulan tulisan saya di Jawa Pos, tiap Rabu selama sepuluh tahun berturut-turut, banyak penggemarnya. Penulis lain yang diminta pak Dahlan untuk mengisi hari-hari lain tidak ada yang selama itu. Saya pun selalu mengakhiri tulisan saya dengan kalimat, "Bagaimana pendapat Anda?" Suatu pertanyaan yang sebenarnya merupakan "pernyataan" keterbukaan saya. Boleh setuju atau tidak.

Ketika saya merasa tulisan tersebut sudah cukup jumlahnya, maka saya mencari siapa yang mau menerbitkan. Ketika itu, tidak banyak penerbit yang ada. Apalagi tulisan orang Surabaya. Siapa yang mau mengambil risiko menerbitkannya?

Sampai akhirnya saya bertemu dengan pak Aristides Katoppo. Beliau adalah pendiri Pustaka Sinar Harapan dan kebetulan juga mengajar di Fakultas Sosial Politik di Universitas Indonesia. Yang diajar adalah mata kuliah Komunikasi Pemasaran. Walaupun tinggal di Jakarta, dia tahu saya menulis tiap Rabu di Jawa Pos Surabaya. Karena itu, dia tertarik untuk mengundang saya jadi pembicara tamu di kelasnya di UI.

Sudah pasti kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Saya segera mempersiapkan diri sebaik mungkin agar bahan Marketing Plus 2000 bisa di jelaskan dengan mudah. Lantas? Saya menggunakan contoh hidup, bagaimana melakukan komunikasi pemasaran dengan praktis agar gampang dimengerti orang dan ditangkap maksudnya.

Waktu itu, saya menganggap punya dua macam pelanggan yang harus dipuaskan. Pertama, mahasiswa harus puas. Ini penting supaya terjadi words of mouth. Kedua, ya pak Tides sendiri supaya beliau dapat nilai tambah dalam kuliahnya. Tidak boleh bersaing, tapi harus mendukung beliau.Pada akhir kuliah tamu, saya langsung ditawari penerbitan tulisan saya jadi buku. Mission Accomplished!

Saya jadi ingat Bondan Winarno yang dulu juga punya kolom rutin tentang manajemen bernama KIAT di majalah Tempo. Kumpulan tulisannya diterbitkan dalam bentuk buku dan sukses. Terus terang, saya juga terinspirasi Bondan yang sekarang jadi tokoh Maknyus untuk melakukan hal yang sama.

Nah, untuk melakukan editing tulisan-tulisan saya itu, saya minta bantuan Sonni, bekas staf saya di Sampoerna. Ketika itu, Sonni menjabat Regional Manager Jawa Barat di Bandung. Pada saat saya mendirikan MarkPlus, dia masih aktif di Bandung.

Saya minta tolong kepada Sonni karena dia paling tahu konsep saya sejak kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Selain itu, Sonni sangat religius, jujur, dan etis. Contohnya, dia langsung membeli komputer desktop seharga Rp 3,6 juta dengan cicilan untuk melakukan editing tulisan saya. Sebab, dia merasa tidak etis kalau membantu saya secara pribadi dengan menggunakan komputer kantor. Pekerjaan itu pun dilakukannya malam hari, after office hour.

Jarang ada orang begitu kan? Tapi itulah kenyataannya. Karena tidak punya pengalaman editing, maka diperlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.

Buku bernama Marketing Plus dengan logo seperti perusahaan MarkPlus itu punya ukuran saku. Maksudnya supaya kelihatan tebal dan gampang dibawa. Ternyata sukses! Ketika itu belum ada buku Marketing yang enak dibaca seperti itu.

Penerbitan kumpulan tulisan di Jawa Pos itu akhirnya berlanjut sampai lima seri. Mulai seri kedua, proses editing dilakukan Agus Giri dan Yatno yang juga staf saya lulusan ITS.

Sampai sekarang, komputer desktop Sonni tetap disimpan untuk kenangan pribadi. Ada tulisan di atas kertas yang ditempel di atasnya, "Seribu langkah besar selalu dimulai dari Satu langkah kecil."

Bagaimana pendapat Anda? (*)
Posted by Kiasati On 7:31 PM No comments READ FULL POST

Stamina menempati posisi penting dalam kehidupan masyarakat baik dalam mental, fisik atau hubungan seksual. Baik pria maupun wanita percaya adanya fantasi mengenai ukuran Mr. P, dan kemampuannya bertahan sepanjang malam. Namun apakah hal itu benar?
Sebuah studi bertujuan mencari berapa lama waktu bercinta yang dianggap ideal dalam hubungan seks. Apakah durasi bercinta yang ada saat ini kurang, cukup, atau terlalu banyak?
Berdasarkan tanggapan yang diterima dari ribuan pasien, survei yang melibatkan 50 psikolog, pekerja sosial, dokter, perawat dan terapis perkawinan menemukan terdapat empat durasi persetubuhan yaitu terlalu panjang, terlalu pendek, memadai dan diinginkan.
Jangka waktu satu sampai dua menit dianggap "terlalu pendek" dan tiga sampai tujuh menit dianggap "memadai". Tetapi yang mengejutkan, sebagian besar responden mengaku durasi bercinta yang "diinginkan" berlangsung selama 7-13 menit. Sedangkan lama bercinta yang 10-30 menit dianggap "terlalu panjang".
Temuan survei memberi peluang terhapusnya fantasi seks yang tidak realistis dan durasi hubungan seksual yang dapat diterima.

Cak CR: pokoke luweh suwe luweh apik joooss
Posted by Kiasati On 7:20 PM No comments READ FULL POST

Indonesia - Versi lain kematian diktator Jerman, Adolf Hitler -- bahwa dia diduga tewas di Indonesia -- kali pertama disampaikan dr Sosrohusodo, yang pernah bertugas di Kapal Hope di Sumbawa Besar. Dokter lulusan Universitas Indonesia itu menulis artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983.
Pada tahun 1994, artikel dengan tema sama muncul lagi di. Penulisnya adalah Enton Supriyatna, mantan wartawan Pikiran Rakyat, yang saat ini menjadi Redaktur Pelaksana Galamedia.
Kepada VIVAnews, Enton menceritakan wawancaranya dengan dr Sosrohusodo 16 tahun lalu di Jalan Setiabudi, Bandung. Artikelnya lalu dimuat pada 24 Februari 1994
"Saat itu ada telepon beliau ke Pikiran Rakyat, mengundang wartawan ke rumahnya. Ketika saya temui Pak Sosrohusodo sudah tua," kata Enton Kamis 25 Februari 2010 malam.
Kepadanya, Sosrohusodo menunjukan beberapa lembar foto dr Poch dalam berbagai pose. "Perawakannya tinggi, sekilas memang mirip-mirip Hitler, dari bentuk anatomi dan kepala," kata dia.
Enton mengaku diperlihatkan foto Poch sedang bakti sosial, bersama seorang wanita kulit putih -- yang mirip-mirip Eva Braun, ada juga foto Poch bersama istrinya, perempuan Sunda berinisial 'S' yang terakhir diketahui berdomisili di Babakan Ciamis.
"Foto terakhir ini saya berikan pada teman saya di Ciamis untuk ditelusuri. Tapi sayang, foto itu tidak balik dan teman saya sulit dihubungi," kata dia.
Enton juga mengaku merepro beberapa foto Poch, termasuk foto tulisan steno Poch -- yang menurut penelusuran Sosrohusodo digunaan pada saat Hitler berkuasa.
Repro foto itu saat ini menjadi dokumentasi Pikiran Rakyat. "Mudah-mudahan masih tersimpan. Saya ingat saat dimuat di Pikiran Rakyat, di artikel tidak ada foto, karena dimuat di halaman opini," tambah dia.
Sosro juga menceritakan apa yang dia ketahui soal dr Poch, termasuk mengapa dia menduga dokter tua Jerman itu adalah Hitler -- salah satunya ciri-ciri fisik Poch yang mirip dengan apa yang diungkap di berbagai literatur.
"Apalagi, dari cara dia berjalan, memang ada petunjuk dia memang Hitler," kata Enton.
Sosrohusodo juga mencurahkan perasaannya pada Enton. Sosrohusodo mengaku gelisah. "Banyak yang menganggapnya gila, aneh, ngapain ngurus begitu," cerita Enton.
"Dia merasa gelisah, ini sesuatu yang menurut dia harus diungkapkan. Bahwa ada petunjuk Hitler, seorang besar dan berpengaruh, tapi mati misterius. Dia merasa memiliki beban tapi dia tak mampu untuk mengungkap ini sendiri," tambah dia.
Sepengetahuan Enton, tak ada niat Sosrohusodo untuk mencari keuntungan atau ingin terkenal. "Orangnya sederhana, tidak meledak-ledak. Kalau niatnya mencari keuntungan buktinya dia tidak mendapat apa-apa, apalagi uang," tambah Enton.
Menurut Enton, Sosrohusodo sudah meninggal dunia. "Kepada saya dia pernah nitip, kalau bisa ini diungkap," tambah Enton.
Posted by Kiasati On 7:02 PM No comments READ FULL POST

KETIKA saya menjelaskan konsep "Marketing Plus 2000" kepada Philip Kotler di Moskow pada 1998, saya sempat ditanyai tentang Service. Kenapa Service merupakan bagian dari value?

Sejak saya menulis konsep itu pada 1993, saya memang memisahkan Service dari product. Ini sama dengan brand, yang harus "keluar" dari product. Buat saya, Service punya makna yang sangat "besar". Bukan sekadar after sales-service yang sering menjadi satu paket dengan produk. Service seharusnya sudah dilakukan sebelum penjualan terjadi, boleh disebut before sales-service.

Khususnya di industri B2B, para salesman "menyervis" pelanggan lebih dulu. Mentraktir makan, mengajak karaoke atau golf. Tujuannya supaya dapat order atau job. Philip Kotler menyebutnya sebagai LGD-marketing atau lunch-golf-dinner marketing.

Bila juga dilakukan selama proses penjualan, hal itu bisa disebut sebagai during-the-sales service. Tapi, yang saya maksud dengan Service di sini bukan hanya itu. Kalau hanya itu, tidak usah dipisah dari elemen product (yang dijual) dan selling (proses) yang keduanya ada di dimensi taktik.

Buat saya, Service harus ditulis dengan S huruf besar (Capital S). Mengapa? Karena SERVICE harus menjadi paradigma dari semua marketing-oriented business. Tidak peduli apa industrinya. Mau hotel, restoran, atau transportasi, yang memang nyata-nyata di industri jasa. Tapi, juga berlaku untuk yang non-jasa seperti consumer goods, semen, bahkan infrastruktur. Sama saja juga untuk yang B2B (business to business) atau B2C (business to consumer).

Jadi, saya memberikan "pengertian baru" dari Service dengan huruf "S Besar" ini. Semacam redefinisi! Bukan "taktikal", tapi bukan juga "kategorial"!

Nah, kalau mengacu pada situasi bersaing yang bergeser melalui lima tahap dari 2C ke 4C, Service pun mengalami shifting. Pada tahap 2C, Service hanya ada di industri non-jasa, karena industri lain merasa tidak perlu melakukan hal itu. Kalaupun ada, ya sekadar "s" (service dengan huruf s kecil) yang bersifat taktikal.

Di tahap 2,5 C, Service menjadi semacam value-added business. Industri non-jasa pun mulai memberikan tambahan jasa, supaya ada "nilai tambah". Beli TV termasuk garansi setahun. Beli jas dikasih kancing cadangan. Beli apartemen, gratis mebel, dan sebagainya. Industri jasa sudah biasa memberikan ekstra seperti ini. Menginap di hotel termasuk makan pagi. Ke bar termasuk minuman pertama. Naik pesawat termasuk bagasi 20 kg dan sebagainya. Ini namanya value-added dari sudut pandang penjual belum tentu diperlukan pembeli.

Karena itu, ketika situasi sudah menjadi 3C, Service menjadi value in use. Pemasar harus memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan pelanggan. Berikan variasi kepada pelanggan supaya mereka bisa mendapat "ekstra" yang pas. Ini bergantung pada segmen masing-masing. Sebuah "privilege parking" for ladies dari sebuah shopping mall sangat bermanfaat untuk ibu-ibu yang menyetir sendiri. Sedang ibu-ibu yang ke shopping mall disetiri sopir lebih suka undian berhadiah, misalnya.

Juga harus dijaga keseimbangan antara cost to serve dan value to customer. Kalau cost-nya tinggi, tapi value-nya nggak ada buat customer, kan buang duit? Yang bagus adalah cost rendah buat pemasar, tapi bernilai tinggi buat pelanggan!

Pada tahap 3,5C, Service menjadi customer satisfying business. Temuan tiga profesor, yaitu Leonard Berry, Valarie Zeithaml, dan Parasuraman sangat memengaruhi saya dengan konsep "Service Quality"-nya. Ketika itu lima elemen dasar ServQual, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible baru mulai populer. Tapi, belum banyak yang melaksanakannya.

Sekarang, hampir semua perusahaan sudah begitu karena tingkat persaingannya yang sangat kompleks. Dan, akhirnya, kalau situasi persaingan sudah sampai ke 4C, Service is The ONLY BUSINESS CATEGORY.

Artinya? Berada di industri apa pun, Anda mesti berpikir bahwa Anda berada di industri jasa. Every Business is a SERVCE BUSINESS!
Posted by Kiasati On 7:51 PM No comments READ FULL POST

SAYA menempatkan brand di luar product pada 1993. Itu merupakan "keberanian" tersendiri. Waktu itu, konsep brand masih baru populer.

Banyak orang masih menganggap brand adalah bagian dari product. Karena itu, banyak organisasi perusahaan yang hanya punya product manager, bukan brand manager.

Perusahaan seperti itu sebenarnya masih berorientasi pada production atau product. Lebih mudah mengategorikan berbagai produk jadi product lines. Bisa jadi, produk-produk menggunakan brand yang berbeda satu sama lain. Kalaupun harus me-manage berbagai manager, seorang product manager akan "pecah konsentrasi". Kenapa? Sebab, setiap brand punya image sendiri yang akan diciptakan!

Jadi, kalau Anda seorang product manager yang punya berbagai brand, Anda sama dengan seorang ibu yang mengasuh berbagai anak yang saling berbeda.

Seorang brand manager yang mempunyai berbagai produk akan lebih mudah "memupuk kepribadian" brand tersebut. Walaupun pendapat umum waktu itu menyebut brand is part of the product, saya beda.

Saya berpendapat bahwa brand is the umbrella of the products. Saya menggunakan "suara hati" dalam mengambil keputusan waktu itu. Sekali salah, habislah konsep Marketing Plus 2000! Tidak punya kredibilitas lagi, karena tidak in line dengan trend konsep marketing yang terus evolving.

Sekarang nyata bahwa hal tersebut benar kan. Mega band seperti Virgin ternyata bisa jadi umbrella untuk arlines, Cola, music retailer, phone operator, financial service, train company, bahkan perjalanan wisata luar angkasa! Edan kan?

Walaupun kategori produknya berbeda-eda, tapi kepribadian Virgin tetap sama. Rebellious, unusual, adventurous, sexy, and wild! Karena itulah, saya tetapkan brand sebagai elemen paling penting di value! Kenapa?

Ya karena hanya brand yang bisa menciptakan marketing value. Bahkan, saya berani mengatakan bahwa marketing tidak punya added value kalau tidak punya brand kuat. Walaupun diferensiasinya cukup solid! Karena itu pula, branding pun ikut "bergeser" ketika situasi persaingan bergeser dari 2C ke 4C dalam lima tahap.

Pada tahap "monopoli", brand is just-a-name! Inilah yang diyakini Shakespeare ketika dia menulis What is in a name? Apa arti sebuah nama? Bunga mawar akan tetap wangi, katanya, kalaupun diberi nama lain!

Karena itu, di zaman monopoli, orang memilih nama sembarangan bagi produknya. Cukup mimpi di lereng Gunung Kawi supaya dapat ilham.

Tapi, brand kan bukan sekadar nama. Karena itu, di situasi 2,5C brand awareness jadi penting. Para pemasar berlomba-lomba supaya brand-nya diingat lebih dulu ketika pembeli mengingat sesuatu kategori. Karena itu, jadi top of mind atau brand yang disebut pertama susah.

Jadi brand yang diingat, walaupun tidak disebut lebih dulu, sudah bagus. Ketimbang orang baru bisa menyebut brand tersebut ketika diingatkan!

Paling parah, ya kalau sudah diingatkan masih lupa juga.

Contoh gampangnya, apakah Anda bisa otomatis menyebut Fiat kalau ditanya brand mobil yang diingat? Barangkali enggak, tapi kalau dibantu masih ingat ! Sebaliknya, Kijang barangkali yang paling diingat, disusul brand-brand lain.

Tapi kalau ditanya mobil Austin ya gak mungkin keingat sama sekali. Karena memang belum pernah ada atau pernah ada tapi sudah "terlupakan" sama sekali.

Ketika situasi bergeser lagi ke 3C, mulai diperlukan brand association. Artinya, sebuah brand tidak hanya cukup diingat orang. Tapi juga harus mempunyai asosiasi tertentu. Kijang bisa punya asosiasi dengan mobil keluarga, Toyota, Astra, desain bagus, harga sudah "mahal".

Nah gabungan berbagai asosiasi itulah yang disebut brand image atau citra merek. Jadi, image itu netral, bisa bagus, bisa jelek, tergantung asosiasi yang "nempel" pada sebuah brand.

Selanjutnya, kalau situasi persaingan sudah jadi 3,5 C, brand sudah harus memperhatikan perceived quality. Maknanya sama dengan "peringkat kualitas" menurut persepsi pelanggan. Mercedez Benz, misalnya, punya perceived quality lebih tinggi daripada Toyota. Padahal, Mercy seri C bisa kalah mahal oleh Toyota Crown Saloon.

Karena itulah, Toyota lantas me-launch Lexus untuk mendapatkan peringkat yang bisa menandingi Mercy. Akhirnya, pada persaingan yang sudah 4C, yang menentukan kemenangan adalah brand loyalty!

Kesetiaan Pelanggan!

Semakin setia, semakin tidak tergoda untuk pindah brand. Walaupun digoda diskon, model baru atau "stok kosong". Sekaligus, loyalitas merek akan memberikan value besar pada produk tertentu karena akan mendorong repeat buying terus. Pelanggan yang "fanatik" pada suatu brand akan merasa mendapatkan value lebih tinggi.

Karena itulah, dia berani membayar lebih mahal. Jadi, brand memang bukan sekadar nama, tapi nama yang bermakna sangat dalam! (*)
Posted by Kiasati On 7:49 PM No comments READ FULL POST

SELLING adalah elemen paling populer dalam marketing. Di dalam konsep "Marketing Plus 2000" yang saya tulis pada 1993, selling merupakan elemen ke 6 dari sembilan elemen pemasaran. Selling juga sering disalahartikan dengan marketing. Banyak salesman menyebut dirinya orang marketing atau marketing representative. Terdengar lebih gagah kan ? Walaupun tidak tahu beda antara keduanya.

Buat saya sangat jelas, selling adalah bagian dari marketing. Selling berada di dimensi taktik dari marketing. Karena itu, keberadaannya tidak bisa terlepas dari tiga elemen strategi, yaitu segmentation, targeting, dan positioning. Juga tidak bisa lepas begitu saja dari differentiation dan marketing mix.

Karena itu, sangat keliru jika salesman dilepas untuk cari omzet hanya berbekal product knowledge dan price list. Mereka harus tahu segmentasi dan target dari produk yang bersangkutan agar usahanya lebih efektif. Jadi tidak sekadar pergi ke semua orang. Selain itu, salesman harus mengerti positioning yang didukung diferensiasinya.

Untuk membedakan sebuah produk dari para pesaing, salesman juga harus memahami akan competitor's knowledge. Dia harus punya confidence terhadap produk tanpa menjadi "katak dalam tempurung". Dia harus tahu kekuatan dan kelemahan produknya dibanding produk kompetitor. Nah, yang sejatinya harus dijual adalah diferensiasi itu agar tidak hanya mengandalkan banting harga.

Baru setelah itu dia akan memahami cara menghubungkan diferensiasi tersebut dengan empat P dalam Marketing Mix. Product knowledge dan price list hanyalah supporting tool untuk mendukung diferensiasi. Sedangkan place dan promotion yang bagus akan semakin memberi kekuatan. Kalau seorang Salesman sudah bisa seperti itu, dia bisa disebut sebagai strategic salesman, seseorang yang menjual dengan menggunakan strategi.

Kalau dihubungkan dengan competitive setting, orientasi selling sebenarnya juga mengalami pergeseran. Ketika situasi monopoli atau 2C, selling adalah informing about the Product. Penjual tidak perlu merayu, tapi cukup menginformasikan bahwa barang sudah tersedia. "Take it or somebody else will!"

Dulu, salesman canvass saya di Sampoerna yang menjual Dji Sam Soe juga begitu. Mereka cukup berkeliling ke pengecer dan menginformasikan jumlah stok barang yang dibawa. Tinggal tanya, mau order berapa. Itulah hebatnya Dji Sam Soe yang by nature tidak punya saingan. Monopoly by nature!

Begitu juga Salesman Toyota Avanza pada saat ini. Begitu bagusnya produk Avanza dan harganya yang pas, maka pembeli masih harus antre meski produk tersebut sudah ada di pasar selama beberapa tahun.

Kalau situasi persaingan sudah bergeser ke 2,5, Anda harus melakukan feature selling. Di sini, product knowledge sangat menentukan. Tapi tidak cukup lagi kalau situasi persaingan sudah jadi 3C. Yang lebih diperlukan adalah benefit selling.

Bedanya? Feature masih sangat berorientasi pada produk, sedang benefit sudah berorientasi pada pelanggan. Percuma Anda presentasi tentang feature produk kalau pelanggan tidak mengerti benefit-nya. Apalagi kalau situasi persaingan sudah jadi 3,5C, maka yang diperlukan adalah solution selling.

Belum tentu benefit akan memberikan solusi pada pelanggan. Jadi, Anda harus meyakinkan pelanggan bahwa Anda benar-benar mengerti masalah dan bagaimana solusinya. Dan akhirnya, pada situasi 4C, yang diperlukan adalah interacting for success. Yang terjadi adalah komunikasi dua arah untuk menjamin terjadinya win-win.

Pada 1993, banyak salesman yang tidak percaya bahwa selling akan sampai pada kondisi tersebut. Ketika itu, paradigma para salesman masih short term dan berorientasi pada transaksi. Bahkan sekarang pun masih ada yang begitu Tapi, waktu itu saya tetap mengatakan, "Lihat saja, pada 2000 dan seterusnya, menjual akan jadi seperti itu caranya!" (*)
Posted by Kiasati On 10:19 PM No comments READ FULL POST

Dyah Anita, pendiri dan Dirut PT Ditadini Neo Suara, penyedia iklan dengan media LCD TV.

Kedatangan peluang bisnis bisa tak terduga. Bahkan, ia bisa datang lewat pergaulan dalam lingkup organisasi. Berawal dari kumpul-kumpul dengan sesama wanita aktivis antirokok, Dyah Anita sukses menggaet bisnis periklanan beromzet miliaran rupiah.


MASYARAKAT DKI Jakarta tentu sudah sangat akrab dengan busway. Sarana transpotasi yang digagas mantan Gubenur Sutiyoso itu kini makin diminati. Buktinya, penumpangnya semakin berjubel, apalagi pada saat jam berangkat dan pulang kantor. Bukan hanya itu, saat liburan, jalur-jalur tujuan objek wisata pun penuh sesak.

''Saya baca ada peluang di situ. Khususnya untuk pengembangan industri periklanan,'' kata Dirut PT Ditadini Neo Suara Dyah Anita saat ditemui di kawasan Pondok Indah, Jakarta, Senin (22/2).

Mulanya Nita memang sudah bergumul dengan dunia periklanan. Tetapi, itu sebatas untuk kepentingan kampanye antirokok, narkoba, HIV AIDS di sebelas rumah sakit di Jakarta, yakni dengan media LCD TV 32 inci yang menayangkan iklan layanan masyarakat dari Pemda DKI Jakarta dengan nama E-Vision.

Bisnis itu datang dari pergaulannya di organisasi Wanita Indonesia Tanpa Tembakau pada 2007. Saat itu, jebolan Magister of Business Administration, Major in Marketing Management, Oklahoma City University, USA, tersebut menjadi ketua umum Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT). ''Kebetulan kami mendapat kepercayaan dari Pemda DKI Jakarta untuk menyosialisasikan program antirokok,'' ujar pemegang sabuk cokelat di cabang olahraga karate itu.

Untuk menggarap iklan antirokok, didirikanlah PT Ditadini Neo Suara. Usaha yang lebih banyak untuk kegiatan kemanusiaan itu dijadikan sebagai modal untuk terjun lebih serius ke bisnis periklanan. ''Awalnya hanya segelintir karyawan yang saya rekrut. Seiring dengan berjalannya waktu, kami menambah beberapa expert (ahli, Red) di bidang periklanan untuk menambal kekurangan-kekurangan yang ada,'' imbuh penghobi nonton *** itu.

Maklumlah, sebagai ahli arsitektur dan manajemen, dia tak begitu menguasai seluk beluk periklanan. ''Tetapi, di balik itu saya bertekad mengombinasikan kemampuan mereka untuk jadi tim bisnis yang solid. Butuh kemampuan manajemen untuk menggabungkan kemampuan para ahli sehingga menghasilkan karya yang bagus,'' jelas Nita yang juga ketua Pengurus Daerah Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Provinsi DKI Jakarta itu.

Akhirnya, insting bisnis istri Yudi Yulius tersebut pun bicara. Wanita yang juga bergelar sarjana dari Fakultas Arsitektur Landsekap dan Lingkungan, Universitas Trisakti Jakarta, itu melihat ada peluang cukup bagus di produk E-Vision untuk dikembangkan. ''Tentu tanpa menghilangkan unsur kampanye untuk kesehatan masyarakat dan bisnis yang mendatangkan pundi-pundi keuntungan,'' terang wanita kelahiran Jakarta, 22 Juni 1964 tersebut.

Dyah Anita yang akrab dipanggil Nita itu kemudian mencoba membidik pusat keramaian masyarakat Jakarta untuk dijadikan sarana beriklannya. ''Kami sempat memasang beberapa billboard. Eh, mahal jatuhnya (biaya pemasangan, Red). Bisa hampir Rp 2 miliar per tahun,'' cetus ibu dua anak itu.

Penggemar film layar lebar My Name is Khan itu lalu berpikir untuk memasang iklannya di shalter busway. ''Saya berpikir itu adalah kawasan strategis untuk bisnis kami. Tiap ada penumpang yang berjejalan. Dan tiap orang bisa melihat itu untuk beberapa kali sehingga apa yang disampaikan langsung tertanam di otak penonton,'' jelasnya.

Selain itu, karena belum ada pesaing yang memanfaatkan peluang tersebut, biaya pemasangan peranti iklan di shalter busway terbilang murah jika dibandingkan dengan billboard. ''Tak diduga, respons langsung berdatangan dari korporasi-korporasi besar. Selain banderol harga murah, mereka meyakini iklan juga efektif.

Sebanyak 20 shalter busway lalu dipasangi E-Vision. Dalam sehari ada 75 lima kali pemutaran iklan yang lengkap dengan suara. ''Itu keunggulan kami dibandingkan dengan billboard yang tak bersuara,'' tutur peraih penghargaan 100 wanita inspirator dari salah satu majalah wanita itu. Sudah ada puluhan perusahaan yang telah sepakat untuk bekerja sama. Bisa dibayangkan penghasilan yang diraup jika kontrak per tahun di atas Rp 500 juta. (*/kim)
Posted by Kiasati On 10:13 PM No comments READ FULL POST

WASHINGTON - Komik Superman kembali mencetak rekor. Salinan edisi pertama komik superhero Negeri Paman Sam itu terjual USD 1 juta (sekitar Rp 9,28 miliar). Padahal, awalnya komik dengan sampul depan Superman mengangkat mobil tersebut hanya bernilai 10 sen atau USD 0,1 (sekitar Rp 928,5).

Transaksi jual beli itu terjadi lewat situs lelang ComicConnect.com yang dimiliki Stephen Fishler. ''Komik itu dijual oleh sosok yang sangat terkenal di New York,'' ujarnya kepada The Guardian kemarin (23/2).

Si pembeli adalah kolektor komik yang sebelumnya pernah membeli komik yang sama. Sayang, Fishler tidak bersedia mengungkapkan jati diri penjual dan pembeli komik kuno tersebut.

Komik bertajuk Action Comics No1 itu diterbitkan kali pertama pada 1938. Bagi kolektor komik, terutama penggemar Superman, cerita bergambar tersebut menjadi barang incaran.

''Sebagian orang menganggap ini (Action Comics No1, Red) sebagai buku yang paling penting,'' kata John Dolmayan, kolektor komik yang lebih dikenal sebagai penggebuk drum grup band cadas System of a Down.

Tahun lalu musikus berdarah Lebanon-Amerika itu membeli komik yang sama seharga USD 317.000 (sekitar Rp 2,9 miliar). Tapi, kondisi komik yang dia beli lebih buruk jika dibandingkan dengan salinan yang terjual kali ini. Saat itu owner Torpedo Comics tersebut tidak membeli untuk dikoleksi. Dia hanya menjadi perantara salah seorang kliennya yang gandrung terhadap Superman. (hep/ttg)
Posted by Kiasati On 9:47 PM No comments READ FULL POST

BANYAK orang yang menganggap bahwa marketing adalah marketing mix. Lebih terkenal sebagai 4P! Product, price, place, and promotion. Banyak yang mengira 4P berasal dari Philip Kotler. Yang mulai mengatakan bahwa marketing mix adalah 4P adalah Jerome McCarthy yang sebelumnya disebut P2CP.

Namun, Philip Kotler yang memopulerkan product, price, channel, dan promotion. Supaya gampang diingat, channel lantas disebut place. Tapi, sebenarnya, promotion juga harus diartikan sebagai komunikasi pemasaran secara luas. Bukan cuma promosi jangka pendek.

Terlepas dari semua itu, "urutan" marketing mix itu cukup logis. Produk harus ada dulu. Kalau enggak, apanya yang mau dipasarkan? Lalu dikasih harga, disalurkan, dan dipromosikan. Waktu saya merumuskan lima tahapan competitive setting, saya juga melihat adanya "pergeseran" dari bauran pemasaran ini. Dari 4A ke 4C!

Ketika situasi persaingan masih monopoli atau 2C, yang berlaku hanya 4A. Assortment, affordable, available, dan announcement.

Maksudnya, perusahaan cukup menyediakan assortment of products. Pelanggan tidak usah dipikirkan. Yang penting, perusahaan itu bisanya memproduksi apa saja. Harganya? Pasti melihat cost, tapi yang penting "masih bisa" dibayar pelanggan. Tidak ada rangsangan untuk cost reduction karena pesaing praktis tidak ada.

Tugas channel adalah make it available, bahkan sering pembeli harus mengambil sendiri. Sedangkan promosi memang tidak perlu, cukup pengumuman saja. Ingat Telkom zaman dulu kan?

Saya senang sekali ketika ada pengumuman di koran bahwa "daerah tempat tinggal saya" sudah akan ada saluran telepon. Harga sudah ditetapkan, tidak boleh ditawar. Bahkan, sering lebih mahal karena ada biaya tambahan yang tidak jelas.

Bandingkan dengan sekarang! Orang dikasih nomor telepon baru aja harus "dirayu"! Gila kan? Pada saat persaingan jadi 2,5C, bauran pemasaran jadi 4B. Best, bargaining, buffer-stocking, dan bombarding.

Artinya?

Kalau sebuah perusahaan masih punya pesaing yang lemah, biasanya produknya adalah yang "terbaik". Harganya juga bisa ditentukan sendiri, karena bargaining position yang kuat. Channel hanya jadi semacam "stockist" dengan jatah tertentu. Sedangkan promosinya bersifat memborbardir otak konsumen bahwa perusahaan itulah yang terbaik.

Garuda Indonesia zaman dulu merupakan contoh yang pas utk 4B ini. Karena satu-satunya airline yang boleh pakai pesawat jet, ya otomatis jadi "the best". Penumpang "terpaksa" menyetujui harga mahal bukan karena pelayanan, tapi karena bargaining position Garuda ketika itu cukup tinggi.

Travel agent sebagai channel dikasih jatah seat yang boleh dijual dan promosinya bersifat "bombardir" bahwa Garuda adalah The Airline of Indonesia. Naiklah Garuda karena Anda orang Indonesia!

Ketika persaingan sudah di 3C, marketing mix adalah sama dengan 4P. Pada tahap itu mekanisme persaingan sudah berjalan dengan wajar! Tapi, saya berlanjut dengan dua situasi persaingan berikutnya, yaitu 3,5C dan 4C. Marketing mix-nya jadi 4V dan 4C!

Ketika masih market driven atau 3,5 C, bauran pemasaran jadi variety, value, venue, dan voice. Artinya? Di tahap ini ada variety of products untuk ceruk pasar yang harus dilayani secara khusus. Harga harus value for money sesuai dengan "Niches" masing-masing. Sedang channel penjualan juga harus venues, artinya dirancang khusus secara berbeda. Dan, komunikasi sudah harus memperhatikan voice of marketer yang enak didengar oleh setiap telinga para pelanggan berbeda dari berbagai ceruk.

Lihat saja Kijang "generasi kelima" yang pernah punya 18 variasi produk. Waktu itu Kijang yang sudah market leader diserang Timor yang di-backup kekuasaan. Kijang bertahan bukan dengan cara membanting harga yang sama dengan bunuh diri, karena Timor dapat fasilitas "bea masuk". Mereka menjawab tantangan itu dengan menjadi spesialis untuk 18 ceruk.

Dengan harga berbeda sesuai dengan value untuk masing asing niches. Nah, kalau situasi persaingan sudah mencapai 4C, marketing mix juga jadi 4C! Customer solution, cost, channel, dan communication.

Karena segmentasi sudah individualized, produk harus menjadi solusi bagi individu tersebut. Price harus mempertimbangkan cost bagi si individu. Place jadi convenience, karena point of sales juga harus jadi tempat yang sangat comfortable untuk individu. Dan, promotion benar-benar harus jadi dua arah. Karena itu, namanya komunikasi.

Nike adalah contoh konkret bagaimana sebuah brand yang tidak hanya menyajikan variasi produk untuk tiap ceruk. Nike juga memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memesan sepatu menurut selera mereka. Termasuk model, warna, bahkan nama individu tersebut.

Itulah kisah perjalanan marketing mix dari 4A ke 4B ke 4P ke 4V dan akhirnya 4C! (*)
Posted by Kiasati On 11:09 PM No comments READ FULL POST

Diktator Jerman, Adolf Hitler diyakini tewas bunuh diri di sebuah bunker di Berlin pada 30 April 1945. Namun, fakta itu kini dipertanyakan.

Seperti dikutip dari laman Daily Telegraph, Senin 28 September 2009, Program History Channel Documentary Amerika Serikat menyatakan tengkorak milik Hitler yang disimpan Rusia bukan milik pemimpin NAZI tersebut.

Itu adalah tengkorak perempuan berusia di bawah 40 tahun, bukan Hitler yang dinyatakan meninggal di usia 56 tahun.

Penemuan ini, menguatkan kembali teori konspirasi bahwa Hitler tidak mati pada 1945. Dia diduga melarikan diri dan mati di usia tua.

Sejumlah teori beredar soal dimana kematian Hitler. Ada yang mengatakan Hitler meninggal di Argentina, Brazil, Amerika Selatan, bahkan Indonesia.

***

Jurnalis Argentina sekaligus pengarang buku 'Bariloche Nazi', Abel Basti meyakini Hitler tewas di Argentina pada 1960.

Basti mengklaim Hitler melarikan diri dari Jerman menggunakan kapal selam. Bersama belahan jiwanya, Eva Braun, Hitler diyakini menghabiskan hari-hari terakhirnya di sebuah kota bernama Bariloche. Basti mendasarkan klaimnya atas keterangan beberapa saksi.

Kemudian, seperti dikutip laman Salisburypost, 30 Agustus 1999, artikel surat kabar pada 17 Juli 1945, memberitakan Hitler dan Eva braun terlihat di Argentina.

Seorang wartawan mengirim cerita dari Montevideo ke Chicago Times -- Hitler dan Braun melarikan diri ke Argentina dengan kapal selam. Keduanya hidup di kompleks orang-orang Jerman di Patagonia.

Sementara, klaim bahwa Hitler meninggal di Brazil didasarkan pengakuan anggota NAZI bahwa Hitler meninggal pada 1980 di Brazil.

Brazil diketahui sebagai tempat pelarian para mantan pengikut Hitler. Sebuah makam NAZI bahkan ditemukan di pedalaman Hutan Amazon, lengkap dengan lambang NAZI di nisan yang berbentuk salib.

Sebuah artikel mengejutkan telah lama beredar di sejumlah mailing list dan laman jejaring sosial. Artikel itu berisi versi lain cerita kematian diktator Jerman, Adolf Hitler. Dikatakan Hitler meninggal di Indonesia.

Cerita ini berawal dari sebuat artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.
Dia menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut.

Klaim yang diajukan dr Sosrohusodo jadi polemik. Dia mengatakan dokter tua asal Jerman yang dia temui dan ajak bicara adalah Hitler di masa tuanya

Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal --- Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan.

Kemudian, tangannya, kata Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.

Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya -- yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.

Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya keahlian tentang kesehatan.

Keyakinan Sosro, bahwa dia bertemu Hitler dan Eva Braun, membuatnya makin tertarik membaca buku dan artikel soal Hitler. Kata dia, setiap melihat foto Hitler di masa jayanya, dia makin yakin bahwa Poch, dokter tua asal Jerman yang dia temui adalah Hitler.

Keyakinannya bertambah saat seorang keponakannya, pada 1980, memberinya buku biografi Adolf Hitler karangan Heinz Linge yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.

Dalam halaman 59 artikel itu diceritakan kondisi fisik Hitler di masa tua. "Sejumlah orang Jerman tahu Hitler menyeret kakinya saat berjalan, penglihatannya makin kabur, rambutnya tak lagi tumbuh. Kala perang makin berkecamuk dan Jerman terus dipukul kalah, Hitler menderita kelainan syaraf."

Saat membaca buku tersebut, Sosro makin yakin, sebab kondisi fisik yang sama dia temukan pada diri Poch.

Dalam buku tersebut juga diceritakan tangan kiri Hitler selalu bergetar sejak pertempuran Stalingrad (1942 -1943) -- yang merupakan pukulan dahsyat bagi tentara Jerman.

Sosro mengaku masih ingat beberapa percakapannya dengan Poch yang diduga adalah Hitler. Poch selalu memuji-muji Hitler. Dia juga mengatakan tak ada pembunuhan di Auschwitz, kamp konsentrasi yang diyakini sebagai lokasi pembantaian orang-orang Yahudi.

"Saat saya bertanya soal kematian Hitler, dia mengatakan tak tahu. Sebab, saat itu situasi di Berlin dalam keadaan chaos. Semua orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing," kata Sosrohusodo, seperti dimuat laman Militariana.

Sosro mengaku pernah memeriksa tangan kiri Poch yang selalu bergetar. Saat menanyakan kapan gejala ini mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada istrinya yang lalu menjawab, "ini terjadi ketika Jerman kalah di pertempuran dekat Moskow. Saat itu Goebbels mengatakan padamu bahwa kau memukuli meja berkali-kali."

Goebbels yang disebut istri Poch diduga adalah Joseph Goebbe, menteri propaganda Jerman yang dikenal loyal dengan Hilter. Kata Sosro, istri Poch, yang diduga Eva Braun, beberapa kali memanggil suaminya 'Dolf', yang diduga kependekan dari Adolf Hitler.

Usai membaca artikel-artikel tersebut, Sosro mengaku menghubungi Sumbawa Besar. Dari sana, dia memperoleh informasi dr Poch meninggal di Surabaya.

Poch meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun. Dia dimakamkan sehari kemudian di daerah Ngagel.

Sementara istrinya yang asal Jerman pulang ke tanah airnya, Poch diketahui menikah lagi dengan wanita Sunda asal Bandung berinisial S. Dia diketahui tinggal di Babakan Ciamis.

Setelah menutup mulut, S akhirnya memberi semua dokumen milik suaminya pada Sosro. termasuk foto perkawinan, surat izin mengemudi lengkap dengan sidik jari Poch.

Ada juga buku catatatan berisi nama-nama orang Jerman yang tinggal di beberapa negara, seperti Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan, dan Tibet. Juga beberapa tulisan tangan steno dalan bahasa Jerman

Buku catatan Poch berisi dua kode, J.R. KepaD No.35637 dan 35638, kode simbol lelaki dan perempuan.

"Ada kemungkinan buku catatatan dimiliki dua orang, Hitler dan Eva Braun," kata Sosro.

Ada juga tulisan yang diduga rute pelarian Hitler -- yakni B (Berlin), S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S (Sarajevo), R (Rome), sebelum dia ke Sumbawa Besar.

Istri kedua Poch, S juga menceritakan suatu hari dia melihat suaminya mencukur kumis dengan gaya mirip Hitler. Ketika dia bertanya, suaminya menjawab, "jangan bilang siapa-siapa."

Sosro mengaku tak ada maksud tersembunyi di balik pengakuannya. "Saya hanya ingin menunjukan Hitler meninggal di Indonesia," kata dia.
Hingga saat ini apakah Hitler tewas di bunker, di Argentina, Brazil, atau Indonesia, belum bisa dipastikan. Kisah akhir hayat 'sang Fuhrer' terus jadi misteri.

Cak CR: Lari ke Indonesia ya...mungkin nyamar jadi si jojon...
Posted by Kiasati On 10:51 PM No comments READ FULL POST

Diferensiasi merupakan elemen yang sangat penting dari total sembilan elemen dalam "Marketing Plus 2000". Tanpa menggunakan diferensiasi, Anda bukan marketer. Marketer sesungguhnya selalu berpikir untuk mendiferensiasikan dirinya dari orang lain.

Selalu memikirkan apakah diferensiasinya masih "valid" dengan customer. Selalu memikirkan apakah diferensiasinya sudah "diikuti" pesaing? Selalu berpikir bagaimana "memperkuat" diferensiasinya. Atau, bahkan mengubah diferensiasinya kalau diikuti pesaing.

Nah, kalau dikaitkan dengan pergeseran competitive setting dari 2C ke 4C dalam lima tahap, diferensiasi juga begitu. Pada situasi monopoli 2C, diferensiasi cukup yang good for company. Karena itulah, pada zaman Orde Baru dulu, perusahaan-perusahaan yang mendapat hak monopoli hanya mendiferensiasikan diri di bidang produksi atau operasional. Harus efisien dan memenuhi target kualitas yang diharapkan. Mereka tidak perlu memperhatikan pesaing atau pelanggan.

Dulu, Bogasari cukup seperti itu. Sekarang Bogasari melakukan apa pun untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Ini supaya tetap different dari pesaingnya yang bisa datang dari mana pun, termasuk tepung impor.

Ketika sudah di 2,5C atau mild competition, diferensiasi bergeser ke better than competitor. Yang penting, berusaha lebih baik daripada pesaing dalam beberapa aspek. Bisa pakai teknologi yang lebih canggih misalnya.

Dulu, Garuda merupakan satu-satunya maskapai penerbangan yang memakai mesin jet. Sekarang, Garuda benar-benar mendiferensiasikan diri untuk menghindari price war. Ketika sudah pada situasi persaingan 3C, diferensiasi beralih lagi menjadi preferred by customer. Nah, di sinilah baru terlihat bahwa perusahaan harus tidak hanya "berani tampil beda". Tapi, harus dipastikan bahwa pembeda itu benar-benar disukai pelanggan.

Selain itu, pelanggan mau bayar "lebih" untuk diferensiasi itu. Kalau tidak, risikonya akan ditinggalkan pelanggan. Jadi harus dicek terus apakah "preferensi" pelanggan sudah bergeser atau tidak. Lihat saja bagaimana Coca-Cola mati-matian mengubah diferensiasinya untuk "mendukung" iklannya yang berubah-ubah pula. Diet Coke diluncurkan ketika pelanggan mulai sadar akan bahaya Coca-Cola asli.

Sekarang sudah ada Coca-Cola Zero untuk "melayani" pasar anak muda yang lebih "trendi". Dengan melakukan ini, Coca-Cola tidak mau beberapa segmen pasarnya digerogoti pesaing, ketika ada perubahan "preferensi".

Ketika situasi persaingan sudah jadi 3,5C, diferensiasi sudah jadi specialized for niches. Masih jarang ada contoh lokal waktu saya kali pertama menuliskan "Marketing Plus 2000" pada 1993. Tapi, sekarang Anda lihat saja bagaimana Jawa Pos menjadi pelopor untuk masuk ke ceruk-ceruk pasar daerah dengan menggunakan brand Radar dan lain-lain. Semua koran lokal itu berusaha keras menjadi "spesialis" dengan mengerti daerah masing-masing. Itu visi cemerlang Dahlan Iskan yang sejak dulu melihat bahwa masyarakat daerah sebenarnya butuh koran lokal. Jauh sebelum otonomi diberlakukan!

Akhirnya, ketika situasi persaingan sudah sampai ke 4C, diferensiasinya haruslah customised for individuals. Untuk perusahaan yang sudah bersifat B2B atau business to business, hal ini lebih mudah diterima. Karena sudah ada keinginan dasar untuk menjual solusi bukan produk. Ini adalah puncak dari customer driven situation.

Tapi, berbagai perusahaan kecil sudah biasa melayani pelanggan seperti ini. Sebuah neighbourhood store pasti mau menerima order by phone, mengirimnya menurut kemauan pelanggan. Bahkan, mmereka au memberikan "utangan", bergantung pada kemampuan pelanggan. Kalau ada permintaan khusus, selalu diusahakan untuk dituruti.

Di tingkat dunia, ada Dell yang merupakan contoh sukses menjalankan mass customization dalam melawan pesaing lebih besar. Sekarang sudah semakin banyak perusahaan penerbangan yang memberikan akses kepada penumpang untuk memilih sendiri tempat duduk sebelum terbang.

Kesimpulannya? Diferensiasi adalah "kunci kemenangan" dalam marketing. Lakukan dengan benar, sesuai dengan situasi persaingan yang ada. Selalu bersiaplah untuk melakukan redifferentiation ketika situasi persaingan mulai terasa bergeser. Tanpa diferensiasi, Anda akan hanya jadi me-too player atau also-ran company! Bersaing dengan harga!

Untuk mempertahankan hidup, harus terus melakukan tiga hal. Satu, menekan cost! Dua, memperbesar volume supaya dapat better economies of scale! Tiga, mempererat terus customer relationship supaya pelanggan "sungkan" meninggalkan Anda. Tapi, ingat lho, ketiga hal itu ada batasnya! Jadi, diferensiasi tetap paling aman!

Bukan sekadar "Berani Tampil Beda!" Tapi, "Benar-Benar Beda!" (*)
Posted by Kiasati On 10:36 PM No comments READ FULL POST

Jutaan orang percaya pada kekuatan vitamin untuk mencegah dan mengobati penyakit. Bahkan, setengah populasi orang dewasa di Amerika saat ini banyak yang menggunakan suplemen gizi untuk membantu aktivitasnya.
Tahun lalu New York Times melaporkan bahwa penjualan suplemen vitamin dan gizi baik dalam bentuk herbal, mineral, produk-produk pengganti makanan, produk-produk nutrisi olahraga dan suplemen khusus telah meningkat 20 persen pada kuartal pertama tahun 2009.
Sayangnya, uang yang dikeluarkan untuk membeli banyak vitamin mungkin sia-sia. Pasalnya, dalam dekade terakhir, para peneliti medis telah melakukan sejumlah besar penelitian tentang efek dari vitamin-vitamin tersebut terhadap kesehatan. Banyak masyarakat yang menggunakan suplemen dalam bentuk pil bukan berupa makanan.

Dalam salah satu studi terbaru, para peneliti melacak kesehatan pascamenopause pada 162.000 wanita yang terdaftar dalam Women's Health Initiative. Mereka meneliti pola makan dan pola diet yang dilakukan para wanita.
Penelitian yang berlangsung 8 tahun ini pun menemukan bahwa para wanita yang menggunakan multivitamin dalam kehidupan sehari-harinya dinyatakan memiliki kesehatan yang buruk bila dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan suplemen apapun selama hidupnya. Mereka pengguna suplemen dinyatakan lebih rentan terserang kanker dan penyakit jantung.
"Kami terkejut. Ada beberapa temuan awal yang menunjukkan bahwa vitamin dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker. Tetapi kami menemukan bahwa multivitamin tidak mengurangi risiko kanker yang paling umum dan tak memiliki pengaruh pada penyakit jantung," kata Marian Neuhouser, Ph D, anggota asosiasi dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dari divisi Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle.
Pada tahun 2006, sebuah panel ahli disatukan oleh federal National Institute of Health (NIH) yang menemukan bahwa tidak ada bukti kuat yang menguntungkan kesehatan yang berhubungan dengan efek dari suplemen baik digunakan berpasangan atau dengan kombinasi.
Dan penelitian terakhir menyatakan bahwa Vitamin C, yang telah diklaim bisa menyingkirkan molekul berbahaya akibat radikal bebas, juga mengganggu. Di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di New York, Mark Heaney, MD, dan peneliti lain menemukan bahwa vitamin C mengurangi efek kemoterapi dan bisa menimbulkan tumor tumbuh lebih cepat pada sel-sel kanker dengan vitamin C.
Tidak ada argumen bahwa kita perlu vitamin, tetapi lebih baik bagi kita untuk mengkonsumsi nutrisi penting dari makanan.
"Para ahli menganjurkan agar kita mengkonsumsi makanan yang bervariasi yang banyak mengandung gizi dan nutrisi penting buat tubuh, tapi tidak seperti suplemen vitamin. Buah-buahan dan sayuran memiliki lebih dari satu gizi dan mengandung serat. Ini yang dianjurkan dan lebih berkhasiat untuk kesehatan," kata Neuhouser.

Cak CR: Viagra termasuk enggak ya....
Posted by Kiasati On 10:28 PM No comments READ FULL POST

New York: Bagi Anda yang memiliki potensi bau badan berlebih sebaiknya berhati-hati dan menggunakan minyak wangi sebelum bepergian. Karena seorang penumpang di maskapai penerbangan Jazz Air asal Kanada, diusir hanya lantaran keluhan seluruh penumpang pesawat yang mencium bau badan menyengat. Demikian dirilis CNN, Kamis (18/2).
Penumpang wanita duduk dekat dengan penumpang pria "bau" itu mengungkapkan, seluruh penumpang pesawat hanya bergumam dan menatap ke arah pria sumber bau tidak sedap tersebut. Wanita yang tidak mau disebutkan jati dirinya itu menggambarkan situasi pesawat sangat tidak nyaman. Bahkan, penumpang lain menyebutkan bau yang ditimbulkan sangat "brutal". Penumpang berbau badan menyengat itu akhirnya diminta turun oleh awak pesawat.
Juru bicara maskapai penerbangan Air Jazz, Manon Stuart, membenarkan penumpang tersebut turun dari pesawat sebelum lepas landas. Namun, Stuart tidak memberikan informasi secara spesifik mengenai alasan dan perintah penumpang tersebut diminta meninggalkan pesawat karena menyangkut masalah privasi.
Stuart menambahkan, sebenarnya maskapai Air Jazz sama seperti perusahaan maskapai lain, yakni tak mempunyai kebijakan tertentu mengenai bau badan. Namun, dalam keadaan "darurat" itu, menurut Stuart, para awak akan bertindak demi kepentingan keamanan dan kenyamanan yang terbaik bagi mayoritas penumpang.
Insiden penurunan penumpang secara paksa bukan pertama kali di Amerika Serikat. Sutradara dan produser film Holywood, Kevin Smith, mengeluh dalam Twitter-nya, Ahad lalu. Ia dipaksa turun oleh pilot maskapai Southwest Airline lantaran "terlalu gemuk".(ANS)

Cak CR; Pakai rexona doooonk
Posted by Kiasati On 10:24 PM No comments READ FULL POST

Italy - Stasiun televisi pemerintah Italia, RAI TV, menyatakan tidak lagi menggunakan jasa seorang pengasuh acara kuliner. Pasalnya, dia menawarkan resep masakan yang mengejutkan banyak pemirsa di Negeri Spaghetti itu, yaitu bagaimana memasak semur daging kucing (cat stew).
Dalam suatu acara yang ditayangkan Senin pagi, 15 Februari 2010, Beppe Bigazzi menyatakan bahwa semur kucing itu merupakan hidangan lezat khas daerah Tuscan. Beppe pun terang-terangan mengaku sering menikmati daging kucing.
Pernyataan itu membuat banyak pihak terhenyak, termasuk seorang perempuan yang turut memandu acara kuliner itu. Pasalnya, seperti kebanyakan warga di negara-negara Eropa lainnya, kucing termasuk hewan peliharaan favorit di Italia yang tak seharusnya disakiti, apalagi dimakan.
Namun, kakek berusia 77 tahun itu kian menjadi-jadi melontarkan kebiasaannya makan daging kucing. "Kenapa, kan ada orang yang tidak suka makan daging kelinci, ayam, atau burung dara?" tutur Beppe. "Siapa yang tidak mau gemuk, makanlah daging kucing," lanjut dia.
Beppe selanjutnya memaparkan cara memasak semur daging yang lezat. "Daging harus direndam dulu di dalam baskom dengan air bersih selama tiga hari hingga warnanya putih. Saya sudah sering dan saya jamin itulah makanan yang lezat," kata Beppe.

Cak CR: Meoooong......
Posted by Kiasati On 10:06 PM No comments READ FULL POST

Ivancice, Republik Ceko (ANTARA/Reuters) - Seorang staf medis di Republik Ceko dikenakan tindakan indisipliner setelah satu alat bedah sepanjang satu kaki ditemukan di dalam perut seorang perempuan yang dioperasi lima bulan lalu.
Pasien tersebut, Zdenka Kopeckova --yang berusia 66 tahun, berulangkali mengeluh bahwa ia menderita sakit perut parah setelah operasi gynaekologi di satu rumah sakit sakit di kota Ivancice, bagian tenggara negeri itu.
"Saya mengatakan tak ada orang yang menolong saya dan saya tak tak dapat hidup seperi ini sampai akhir hayat saya. Saya akan meminum pil, menenggak segelas alkohol dan gantung diri," kata perempuan tersebut, setelah alat mirip kape ditemukan satu pekan lalu dan berhasil dikeluarkan.
Kopeckova akan menuntut ganti rugi atas kekhilafan tersebut, dan menyatakan staf rumah sakit mulanya berusaha menutup-tutupi kesalahan itu dengan mengatakan "tak ada yang dapat mereka lakukan selain menyarankan Kopeckova meminum penghilang rasa sakit".
"Saya memberi tahu kepala dokter bedah bahwa seandainya saya tak merasa sakit, saya takkan mengeluh. Saya bukan seorang hypochondria," katanya.
Ditambahkannya, ia telah meminta pemeriksaan dengan sinar-X tapi diberi tahu ia tak perlu terpajan terhadap radiasi.
Hypochondriasis (atau hypochondria, yang seringkali dirujuk sebagai fobi kesehatan) merujuk kepada perasaan khawatir yang berlebihan mengenai sakit serius.
Direktur Rumah Sakit Ivancice,Jaromir Hruber mengatakan prosedur operasi ketat mestinya telah dilakukan oleh staf medis dan seorang staf rumah sakit yang tak disebutkan jati dirinya mengatakan kepada Reuters Television bahwa mereka yang terlibat dikenakan tindakan indisipliner.
"Prosedur medis di Ivancice kelihatannya sempurna jika dilihat sepintas, ada dokumentasi dan daftar alat yang digunakan, tapi orang itu --yang melakukan pemeriksaan-- tak melaporkan ada benda yang hilang," kata Hrubes.

Cak CR: yang ketinggalan ukurannya kecil sih..coba tabung oksigen pasti langsung ketahuan...
Posted by Kiasati On 10:01 PM No comments READ FULL POST

Indonesia - Seekor anak sapi di Sampang, Madura, Jawa Timur, terlahir dengan kondisi kepala mirip manusia.
Menurut Narto, petani pemilik sapi warga Desa Sumber, Kecamatan Tambelangan di Sampang, Kamis, anak sapi itu berjenis kelamin jantan, berkepala bundar, berdahi, lengkap dengan pusar kepala dan bulu di sekitar kepala berwarna hitam, layaknya rambut kepala manusia.
Anak sapi yang lahir pada Senin (15/2) dini hari, lebih kurang pukul 03.00 WIB tidak mau makan rumput layaknya anak sapi pada biasanya, namun hanya makan makanan yang biasa dimakan oleh manusia.
"Kami sudah mencoba memberi rumput, tapi tidak mau. Tapi ketika kami coba kasih nasi justru mau," kata Narto.
Belum ada penjelasan secara ilmiah dari Dinas Peternakan Sampang tentang sapi milik petani Narto yang lahir dengan kepala mirip manusia tersebut.
Warga dari berbagai desa di wilayah Kecamatan Tambelangan terus berdatangan guna melihat keanehan sapi yang oleh sebagian orang diyakini sebagai sapi ajaib tersebut.

Cak CR: Ayo ngaku aja ...siapa yang jadi bapaknya...
Posted by Kiasati On 9:56 PM No comments READ FULL POST

WAKTU saya masih bersekolah di SMAK St Louis pada 1962-1965, saya punya seorang guru yang bernama Pak F.X. Mardjono. Walaupun sekarang sudah almarhum, saya masih ingat betapa semangatnya Pak Mardjono mengajarkan Civics. Itu nama pelajaran, waktu itu, untuk menjadi warga negara yang baik.

Cara mengajarnya kayak gaya Bung Karno berpidato. Tapi, bukan cuma gayanya yang berapi-api. Pak Mardjono selalu mengatakan bahwa Bung Karno adalah "penggali" Pancasila. Bukan penciptanya!

Mengapa? Ya, karena lima sila itu memang sudah ada di bangsa Indonesia.Tinggal dikumpulkan, diurut, dan dikomposisikan secara sistematik. Nah, hal itulah yang memberikan inspirasi pada saya.

Semua "orang besar" selalu bisa mengonsepkan elemen-elemen "tercecer" menjadi suatu model yang mudah dimengerti. Pancasila itu kan indahnya bukan main! Dimulai dari Tuhan di sila pertama, dilanjutkan dengan manusia di sila kedua, baru ke kebangsaan di sila ketiga. Setelah itu demokrasi di sila kempat, dan kesejahteraan di sila kelima.

Saya tahu itu karena pernah ikut pelatihan P4 dan masuk Top Ten. Nah, marketing harus juga sistematik seperti itu. Cuma urutannya berbeda.Dari strategi ke taktik! Dari "What to do" ke "How to do"! Dari winning the war ke winning the battle. Dari big picture ke grass root. Dari abstrak ke konkret.

Daftar ini masih bisa diteruskan secara panjang kalau merefer ke berbagai definisi tentang strategi dan taktik. Ketika saya mengumpulkan tiga elemen di strategi, yaitu segmentation, targeting, dan positioning atau STP tidak terlalu susah. Hal ini sudah disebutkan di banyak referensi ketika itu bahwa marketing mix yang sering disebut 4P itu "hanya" taktik, bukan strategi.

Semua referensi juga sepakat bahwa "memilah pasar" atau segmentasi, "memilih sasaran" atau targeting serta "memfokuskan pikiran orang" atau positioning adalah strategi. Tanpa STP yang jelas, marketing mix yang dibuat akan "tidak terarah"!

Marketing harus dimulai dengan STP, baru dilanjutkan dengan pembuatan produk, penetapan harga, penentuan distribusi, dan dikomunikasikan dengan "pas" sesuai dengan STP-nya! Tapi, saya melihat bahwa marketing paling sering disalahartikan dengan selling. Padahal, selling ini kan "kelanjutan" dari marketing mix.

Masih ingat cerita saya tentang Putera Sampoerna yang mau "mengubah" marketing mix menjadi 5P? P kelimanya adalah peddling atau "menjajakan"! Jadi selling harus masuk menjadi bagian dari marketing tactic, biar jelas bahwaselling itu "bagian" dari marketing. Bukan sejajar atau malah sebaliknya.Nah, waktu itu model Three Generic Strategies-nya Michael Porter baru sangat populer. Differentiation dan Cost-Leadership adalah dua strategi generik yang bisa dipilih. Selain itu, ada pilihan ketiga. Kedua strategi itu masuk dijalankan hanya fokus pada suatu segmen pasar tertentu atau beberapa segmen secara luas! Buat saya, masalah mau fokus atau tidak ini sudah "masuk" disegmentation dan targeting.

Pada segmentasi, para marketer diminta memilah-milah pasar yang heterogen menjadi beberapa segmen yang "lebih homogen". Di targeting, ada kebebasan memilih segmen yang mau disasar! Apakah mau FOKUS di satu atau paling banyak dua segmen, atau mau "menyasar" banyak pasar dengan berbagai produk.

Yang dimaksud oleh Porter dengan diferensiasi adalah "membuat perbedaan" supaya "bisa dijual dengan harga lebih mahal". Sedangkan Cost-Leadership diperlukan supaya sebuah perusahaan siap "perang harga" bila diperlukan. Sebab, perusahaan tersebut bisa membuat produk yang sama kualitasnya dengan biaya paling rendah di industrinya!

Ini tidak mudah. Di tiap industri hanya ada satu pemain yang punya biaya terendah. Kata Porter, kalau bisa punya keduanya hebat!

IBM waktu itu disebut the snow white and the seven dwarfs! Artinya, IBM yang menemukan mainframe adalah bak putri salju dan semua pesaing adalah bak tujuh orang cebol! Karena itu, IBM bisa menjalankan strategi diferensiasi dan cost leadership sekaligus! Buat saya, kedua strategi itu ya DIFFERENTIATION, karena sama-sama susah!

Untuk menjadi the real cost leader, Anda harus menguasai economies of scale yang tinggi seperti IBM. Atau punyadocking system, seperti Wall Mart atau punya sistem operasi yang sangat efisien seperti Southwest Airlines! Kalau bisanya cuma bisa banting harga tanpa didukung cost-system yang baik, ya sebentar saja bangkrut!

Lihat saja pengalaman buruk berbagai Low-Price, but not no Low-Cost Airline! Dan, diferensiasi itu haruslah menjadicore tactic! Sebab, berdasarkan diferensiasi yang sudah ditentukan itulah, barulah bisa dibuat produk yang sesuai. Barulah, setelah itu ketiga P lain ditentukan untuk menunjang diferensiasi tersebut. Akhirnya, selling pun harus fokus pada diferensiasi, bukan sekadar product knowledge dan price list.

Seorang salesman yang smart akan lebih memfokuskan pada diferensiasi produknya sesuai dengan konsep 4C! Saya lebih mantap lagi untuk memasukkan diferensiasi di taktik, bukan di strategi sehabis melihat video Philip Kotler tentang ST (Segmentation and Targeting) dan PD (Positioning and Differentiation).

Itulah rahasia besar mengapa saya akhirnya memutuskan "memasang" Differensiation bersama Marketing Mix danSelling jadi DMS di kelompok taktik. Upaya "penggalian" saya pada berbagai konsep marketing dan strategi yang tercecer sehingga jadi sebuah konsep marketing yang mudah dicerna belum selesai.

Baru STP sebagai strategi dan DMS sebagai taktik, baru enam elemen.

Besok akan saya ceritakan rahasia "penggalian" lain terhadap tiga elemen lainnya. Akhirnya, terbentuklah sembilan elemen yang legendaris! (*)
Posted by Kiasati On 9:29 PM No comments READ FULL POST

Indonesia - Ia tak tahu pasti sudah berapa ribu server yang telah ia jebol. Sebagai seorang peretas, Juny Maimun memang gemar sekali masuk ke server orang. Bukan untuk mengeruk keuntungan, namun sekadar untuk mempelajari source code aplikasi, atau desain sebuah database.
Itu adalah Juny Maimun yang dulu. Pria yang kerap disapa Acong itu, beberapa tahun lalu memang aktif di komunitas 'bawah tanah' AntiHackerlink. Di kalangan peretas, ia dikenal dengan nama nick 'Bagan'.
Tapi Acong sudah tobat. Ia tak mau lagi merugikan orang lain. Sebagai penganut agama Budha taat, Acong percaya betul dengan Karma. Kini, ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat.
"Sekarang saya cuma pingin nebus dosa," kata Acong, saat diwawancara VIVAnews di Gedung Cyber, Jakarta, Rabu 17 Februari 2010. Bahkan, ia justru menyeru rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke 'jalan yang benar'.
Pelan-pelan, pria kelahiran Bagan Siapi-api, 29 tahun lalu itu, mengajak teman-teman cracker (hacker kriminil) untuk beralih menjadi pengusaha konten, pengembang aplikasi, atau bergabung dalam proyek-proyek yang ia kerjakan.
"Apa sih yang didapat dari aktivitas hacking?" Pertanyaan itu biasanya ia lontarkan untuk menyadarkan teman sejawat peretasnya. Sebab, Acong yakin, walau kegiatan carding (menjebol kartu kredit orang lain) bisa membuahkan hasil yang sepadan dengan harga sebuah kapal pesiar, namun hasil uang panas itu akan cepat 'menguap' tak tersisa.
Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan. Yakni, bisnis warung internet (warnet), usaha penyediaan jasa internet (ISP), dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik: Indowebster.
Usaha warnet sudah ditekuni sejak Acong masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini, bekerja sama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi.
Sementara Acong mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers. Di forum ini, Acong juga mendorong anggota komunitas untuk tak cuma berdiskusi, tapi juga berani membuat server game.
Kemudian, sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Dari kocek pribadinya, Acong menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file.
Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. Konsepnya juga mengalami perubahan. "Indowebster merupakan perpaduan dari Rapidshare, ImageShack, dan YouTube," kata Acong.
Jadi tak sekadar mengunduh dan mengunggah file, tapi pengguna juga bisa mengunggah foto dan video di Indowebster. Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet.
Uniknya, tak seperti pengusaha web lain yang mengejar profit atau keuntungan, dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Sebab, hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong: Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.
Walaupun tak mengkomersialkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut, karena untuk membiayai operasional Indowebster, Acong mengambilnya dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.
"Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?" kata Acong. Buktinya, kata dia, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster, kini sudah mencapai paling tidak Rp 1,3 miliar.
Menurut Acong, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan pengejawantahan dari prinsip Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma, sehingga semua orang bisa menikmatinya.
"Kalau semua orang go open source, tidak ada orang yang kelaparan. Sebab, open source membuka peluang kontribusi kepada semua orang, tidak hanya kepada orang atau kalangan tertentu saja. Dunia akan lebih sejahtera dengan open source," kata suami dari Wiwik Huang itu.
Tip berbagi dan keterbukaannya itu ternyata tidak hanya dipraktekan pada urusan bisnis semata. Acong juga menerapkannya saat berinteraksi dengan para karyawan. Ia memberikan kesempatan yang sangat besar kepada karyawan-karyawannya untuk maju.
Alim Bachtiar, 19 tahun, adalah salah satu buktinya. Empat tahun lalu, pemuda kelahiran Boyolali itu adalah juru parkir, saat pertama kali bekerja di warnet milik Acong. Namun, Alim yang 'cuma' jebolan SMP itu, kini memegang tanggung jawab menangani core routing koneksi wireless ke klien Maxindo.
"Tak selalu membutuhkan titel pendidikan yang tinggi untuk sebuah tanggung jawab yang besar. Semua orang bisa mempelajari teori, tapi pengalaman adalah sesuatu yang paling bernilai," kata Acong.
Saat diwawancara VIVAnews, Rabu 17 Februari 2010, Alim mengatakan bahwa Acong tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan agama, ras, etnis, dan lain-lain. Acong sering membantu menyiarkan siaran langsung sebuah acara pengajian majelis taklim, ke situs Indowebster.
Tak hanya itu, selama ia bekerja, Alim mengaku tak pernah dibentak atau mengalami perlakuan kasar dari Acong. "Saya bangga punya atasan Pak Acong," kata Alim. Tak terbatas urusan kerjaan, Acong bahkan juga kerap menjadi sasaran curhat Alim, saat ia sedang ada masalah keluarga.
Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang TI seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain.
"Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri," ujar hacker tobat itu dengan kalem.
Posted by Kiasati On 10:16 PM No comments READ FULL POST

Jakarta - Rancangan Undang-undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan (HMPA) mengatur tentang larangan pernikahan siri, kontrak, dan adanya izin pengadilan untuk pelaku poligami. Bagi pelanggar, dapat dikenai denda serta hukuman penjara yang tidak ringan.

Mengenai ketentuan pidana dalam RUU yang disusun oleh Kementrian Agama tersebut, dituliskan secara khusus dalam bab V. Seperti dikutip detikcom, Kamis (18/2/2009), ada tiga poin tindakan pidana untuk perkawinan dalam RUU itu.

Pertama, melangsungkan perkawinan tidak di depan Pejabat Pencatat Nikah dipidana denda Rp 6 juta dan hukuman kurungan paling lama enam bulan.

Kedua, melangsungkan perkawinan kontrak mutah (kontrak) dihukum penjara selama-lamanya 3 tahun dan perkawinan batal demi hukum. RUU HMPA memuat rumusan mengenai kemungkinan perluasan kewenangan Pengadilan Agama untuk memeriksa dan memutus perkara tindak pidana perkawinan setelah menerima pelimpahan perkara dari Kejaksaan Negeri Setempat.

Ketiga, pria yang menikah dengan istri kedua, ketiga, dan keempat tanpa memperoleh izin pengadilan, dipidana denda Rp 6 juta atau hukuman kurungan paling lama 6 bulan.

RUU tersebut telah masuk ke dalam program legislasi nasional (prolegnas).

Cak CR: Ngurusi yang gak perlu di urusi
Posted by Kiasati On 10:12 PM No comments READ FULL POST

Singapura benar-benar bertekad menggenjot sektor pariwisatanya. Salah satu destinasi wisata yang tengah disiapkan adalah Universal Studios Singapore yang siap dibuka untuk umum dalam waktu dekat. Berikut catatan wartawan Jawa Pos IGNA ARDIANI yang baru berkunjung ke sana.
SINGAPURA tak mau kalah bersaing dengan negara tetangga yang lebih luas wilayahnya. Negeri Singa itu tak henti-hentinya membangun. Termasuk di sektor pariwisata. Salah satu yang digadang-gadang menjadi unggulan pariwisata Singapura adalah Universal Studios Singapore (USS), sebuah destinasi wisata yang statusnya diklaim berkelas dunia.

USS merupakan jaringan Universal Studios keempat di dunia setelah Universal Studios di Hollywood, California; Orlando, Florida; dan Osaka, Jepang. USS dibangun terintegrasi dengan kawasan Resort World Sentosa, megaproyek pariwisata Singapura yang di dalamnya juga terdapat hotel dan kasino.

Resort World Sentosa (RWS) yang dibangun di area seluas 49 hektare itu mengambil sepuluh persen area Pulau Sentosa. Letak USS tidak begitu jauh dari kawasan hotel, sekitar 500 meter. Kawasan penghubung antara hotel dan USS dibuat nyaman dengan dome agar pengunjung tidak kepanasan.

USS diklaim menjadi yang terlengkap dari seluruh Universal Studio yang ada sebelumnya. Lee Sin Yee, communication manager RWS, mengatakan, USS mempunyai 24 wahana serta atraksi di tujuh zona berbeda. Dari 24 wahana tersebut 18 di antaranya merupakan atraksi baru yang hanya dirancang untuk Singapura. ''Kami ingin menghadirkan sensasi berbeda dengan Universal Studios yang lain,'' ungkap Lee Sin Yee.

Ciri khas Universal Studios berupa bola dunia yang berputar langsung dikenali begitu memasuki pelataran USS. Bola seberat 4,5 ton tersebut berputar di tengah kolam air yang sesekali mengeluarkan asap sehingga suasana tampak dramatis. Area tempat bola dunia bercokol tergolong favorit pengunjung. Tak sedikit pelancong yang berhenti sekadar untuk bergambar di depan globe jumbo tersebut.

''Coba perhatikan, negara Singapura terlihat jelas di bola dunia itu,'' ungkap Vivek, salah seorang pemandu USS, yang melayani acara touring wartawan Indonesia yang diundang untuk melihat-lihat preview Universal Studios Rabu lalu (4/2). Vivek jelas bangga. Sebab, di peta, Singapura hanya berwujud serupa titik, karena saking kecilnya. Di globe tersebut, Singapura tampak besar.

Begitu masuk ke dalam area USS, pengunjung langsung disambut suasana khas Hollywood. Ini zona pertama dari tujuh zona yang ada di USS. Zona ini dibangun dengan arsitektur khas dengan pohon-pohon palem. Tak ketinggalan hall of fame dari bintang-bintang ternama Hollywood. Zona yang lain seperti zona New York, Sci-Fi City, Ancient Egypt, Far-far Away, serta Madagascar.

Vivek menjelaskan, USS dibangun sejak empat tahun lalu, bersamaan dengan pembangunan resor. Sekarang ini pembangunannya mendekati final. Diperkirakan tahun ini sudah beroperasi. Ketika ditanya, kapan persisnya bisa dikunjungi umum, Vivek merahasiakannya. "Dalam waktu dekat. Tahun ini," katanya.

Ketika Jawa Pos ke sana, seluruh wahana beserta dengan fasilitasnya hampir tuntas dibangun. Tinggal wahana Transformer yang berada di Zona Sci-Fi City yang masih digarap. Rencananya wahana ini tuntas dibangun tahun depan.

Pihak pengelola saat ini masih melakukan trial and error. Terutama untuk ikon USS, Battlestar Galactica, wahana dueling coaster yang hanya ditemukan di USS. Wahana ini mempunyai double track. Satu track layaknya coaster pada umumnya. Namun, track yang lain dijalankan dengan terbalik. Dua coaster ini dijalankan bersamaan dengan arah yang berlawanan. Di satu titik, dua coaster yang dijalankan supercepat tersebut tampak seperti akan bertabrakan.

Setiap hari wahana unggulan itu diuji coba. Yakni, dijalankan, tapi tanpa awak. Itu dilakukan setiap hari. ''Kami ingin melihat apakah mesinnya berjalan dengan baik sebelum benar-benar difungsikan,'' ujar Vivek.

Uji coba tidak hanya dilakukan untuk aneka wahana. Tetapi juga meliputi seluruh bagian USS. Sejak 20 Januari lalu, saat resor mulai soft launching, seluruh staf USS sudah disiagakan dan dikondisikan. Kala itu area wisata tersebut sudah dibuka. Tapi, tempat tersebut memang belum dikomersialkan.

Hampir setiap hari, selalu ada yang berkunjung. Para tamu itu merupakan para staf resor sendiri yang memang diwajibkan untuk berkunjung ke USS. Pengunjung yang lain adalah para wartawan dari beberapa negara Asia yang sengaja diundang pengelola sebagai bagian dari promosi.

Para staf tersebut melayani dengan sungguh-sungguh. Begitu masuk, para staf di depan pintu masuk akan tersenyum dan melambaikan tangan. ''Welcome to USS. Enjoy the ride,'' ujar Sylvia, salah seorang staf yang bertugas di depan pintu masuk. Vivek pun sesungguhnya belum resmi bertugas sebagai guide.

Namun, dia menyatakan senang bisa membawa para wartawan berjalan menyusuri setiap area USS. Hitung-hitung, kata Vivek, dia mempraktikkan materi yang dipelajarinya selama tiga bulan tersebut. ''Saya harus banyak berlatih supaya tidak lupa. Semakin sering membawa jalan-jalan rombongan, semakin saya pintar,'' kata pria keturunan India tersebut, lantas tertawa.

Megaproyek itu memang membutuhkan banyak tenaga kerja. Lee Sin Yee memang tidak menyebutkan secara spesifik jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk keperluan Universal Studios Singapore. Secara global, kebutuhan pekerja untuk seluruh resor -meliputi hotel, kasino, dan Universal Studios- mencapai puluhan ribu. Untuk mencari tenaga sebanyak itu, pengelola Resort World Sentosa memang sedikit mengalami kesulitan jika hanya mengincar tenaga muda.

Karena itu, banyak di antara mereka yang sudah tergolong lansia pun dilibatkan dalam proyek tersebut. Kebanyakan, para manula itu, mengisi lowongan pelayan di tempat-tempat makan yang memang banyak tersebar di area resor maupun di lingkup Universal Studios Singapore. ''Peluang ini untuk siapa saja. Kami tidak melihat usia. Siapa pun, asal berkualitas dan layak, akan kami terima bekerja di sini,'' ujar perempuan berambut pendek tersebut.

Meski belum grand opening, pengelola RWS sudah melakukan promosi besar-besaran. Target promosinya adalah negara-negara penyumbang wisatawan asing negeri Singa tersebut. Negara-negara tersebut, antara lain, Malaysia, Tiongkok, India, dan Indonesia. Khusus untuk Indonesia misalnya, pengelola RWS bekerja sama dengan agen-agen perjalanan di seluruh pelosok Indonesia. Festive Hotel, salah satu hotel di kawasan resor tersebut, bahkan dibuat dan disesuaikan dengan karakteristik keluarga Indonesia yang kerap menjadikan Singapura sebagai destinasi wisata. ''Umumnya, keluarga Indonesia datang dengan jumlah besar. Selain orang tua dan anak, pembantu juga dibawa. Menyesuaikan itu, seluruh tipe kamar di sini adalah kamar keluarga,'' kata Ralf Gresch, manajer Festive Hotel Singapura.

Standarnya, selain tempat tidur ukuran king size, kamar juga dilengkapi dengan tempat tidur bertingkat untuk anak. Plus sebuah sofa yang dapat dialihfungsikan sebagai tempat tidur untuk pembantu. (kum

Cak CR: Kapn ...bisa kesana..(impian si miskin)
Posted by Kiasati On 9:41 PM No comments READ FULL POST

BARCELONA - Pasar smartphone bakal terus berjaya tahun ini. Tingginya permintaan membuat vendor-vendor semakin aktif mengeluarkan model baru. Yang melegakan, harga-harga smartphone tersebut akan semakin murah dan terjangkau.

"Operator yang paling merasakan dampak murahnya smartphone. Sebab, sebagian besar berharap bisa mengurangi subsidi kepada pembeli atas tingginya harga smartphone yang sekarang ada di pasaran. Padahal, permintaan smartphone masih sangat besar," ulas analis Neil Mawston dari Strstegy Analytics seperti dilansir Reuters kemarin (17/2).

Dia mengatakan, smartphone dengan biaya produksi rendah akan menjadi tujuan vendor. Hal tersebut juga mengurangi harga jual dan keuntungan.

Memang, harga smartphone semakin lama semakin terjangkau. Hal itu seiring vendor telepon seluler yang aktif mengeluarkan tipe-tipe dengan kemampuan setara smartphone, tapi harganya lebih terjangkau.

Salah satu brand yang berniat mengeluarkan produk terjangkau adalah smartphone Symbian. Mereka siap meluncurkan produk seharga USD 137 (setara Rp 1,3 juta) tahun ini. "Tahun ini, itu adalah fokus kami," kata Lee Williams, kepala Symbian Foundation, dalam even Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, kemarin. Saat ini, harga termurah telepon Symbian Nokia berkisar EUR 120-EUR 130 (setara Rp 1,5 juta-Rp 1,7 juta). Harga tersebut tanpa subsidi operator.

Symbian masih mendominasi pasar entry level smartphone di dunia. "Mereka mampu melakukan itu karena hubungan yang erat dengan Nokia. Selain itu, pasar mereka terus berkembang seperti terjadi di Tiongkok," terang Mawston.

Vendor memang tidak pernah berhenti mengeluarkan produk baru dengan kemampuan, fitur, dan software yang berbeda. Itu tampak dalam perhelatan Mobile World Congress yang berlangsung sampai 18 Februari 2010. Sony Ericsson meluncurkan Xperia terkininya. BlackBerry merilis Storm 2. Sedangkan Samsung mengeluarkan Samsung Wave yang menggunakan software buatan sendiri. Google Inc. Pu tak mau ketinggalan. Mereka mengenalkan software yang bisa menerjemahkan gambar menjadi teks. (tia)

Cak CR: kalau memang murah ..mau ganti hp ah...
Posted by Kiasati On 9:39 PM No comments READ FULL POST

SETELAH melahirkan model Empat C yang punya lima tahapan, saya berlanjut terus. Kalau Empat C adalah gambaran competitive setting, maka perlu ada competitive strategy yang in line. Itulah cikal bakal model Sembilan Elemen yang legendaris itu. Waktu itu, saya berpikir bagaimana cara ''menaruh'' semua elemen marketing dalam satu model. Baik elemen yang tradisional seperti marketing mix dan selling maupun yang lebih ''baru'' seperti segmentation dan targeting.

Bagaimana pula menggandengkan semua itu dengan konsep positioning yang ketika itu lagi in. Belum lagi branding dan service yang relatif sangat baru waktu itu. Ketika itu, buku Michael Porter yang intinya adalah Five Forces dan Three Generic Strategies.

Porter sama dengan competitiveness, sedangkan Kehnichi Ohmae identik dengan strategy. Saya harus tetap di jalur marketing!

Walaupun marketing itu memerlukan strategy untuk meningkatkan competitiveness. Kalau saya hanya mengikuti mereka, apalagi mereka kelas dunia, sedangkan saya lokal, habislah saya. Saya harus punya positioning sendiri!

Dalam hal ini, saya banyak terpengaruh Al Ries bahwa positioning itu "inti" strategi. Tanpa positioning yang jelas, saya akan lost in the jungle. Perkenalan dengan Al Ries sampai akhirnya jadi teman dekat sampai sekarang juga sangat unik untuk dikenang.

Ceritanya, Al Ries diundang teman saya, Hans Mandalas, untuk seminar di Jakarta. Sebagai "fans berat" buku-buku Al Ries, saya menyediakan diri untuk memberikan keynote speech. Saya hanya diberi waktu lima nenit pada acara pembukaan seminar di Hotel Borobudur Jakarta.

Karena waktunya pendek, saya harus bisa "memadatkan" apa yang saya mau katakan. Nah, saya menganggap bahwa saya punya tiga customer. Audience yang lima ratus orang, Pak Hans sebagai organiser, dan Al Ries sendiri sebagai orang yang ingin saya minta jadi endorser. Untuk itu, saya me-review positioning, marketing warfare, bottom-up marketing, dan lain-lainnya. Supaya saya bisa menceritakan dalam waktu singkat "benang merah" pemikiran dia di dalam berbagai bukunya.

Gunanya? Untuk audience sebagai executive summary seminar. Untuk organiser supaya jadi "nilai tambah" karena audience bisa mengerti lebih mudah apa yang akan dikatakan Al Ries. Untuk Al Ries, ini yang paling penting, supaya dia tahu "kualitas" saya!

Bayangkan, saya butuh waktu seminggu untuk merangkai kata-kata yang efektif dan efisien untuk suatu sambutan lima menit! Saya tidak boleh salah karena kesempatan tidak akan datang dua kali! Itulah yang disebut moment of truth atau make or break moment.

Pada hari H, saya datang satu jam sebelum acara dimulai untuk menemui Al Ries secara pribadi dan tukar kartu nama. Sedikit bercerita tentang MarkPlus Professional Service sebagai "pionir" marketing consulting di Indonesia.

Setelah selesai pidato, saya disalami sambil dibisikin. "It is a Great Speech ,Hermawan". Saya pikir basa-basi melulu, sampai saya menerima fax yang dikirim dari India, tempat seminar berikutnya untuk Al Ries. "Thanks a lot for a great opening speech. You are truly amazing" Al Ries, India.

Wow! Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan fax dari dia. Segera saja saya fax balik bahwa saya akan mengunjungi dia di New York City bulan depannya. "I will welcome you in Manhattan. Please do come."

Step by step saya semakin "dekat" dengan Al Ries.

Bulan depannya, saya benar-benar ke New York City dan tinggal di Grand Hyatt Manhattan di 42nd Street! Mahal, tapi saya "paksain" tinggal di situ untuk "menaikkan kelas". Nah, pada waktu janji ketemunya pukul 10 pagi di lobi hotel, ternyata Al tidak datang sampai 10.45! Saya kecewa, tapi saya segera "berpikir positif" bahwa inilah kesempatan membuat dia guilty feeling.

Masa dia sampai telat, padahal saya datang dari Indonesia yang 10.000 mil dari New York City. Saya segera telepon dia di kantornya, maklum belum ada handphone waktu itu. Ternyata, dia sendiri yang "angkat" telepon dan segera bilang maaf karena dia lupa!

Oh My God! Al Ries segera "rush" ke Grand Hyatt, minta maaf sekali lagi dan saya "pasti" memaafkan dia. Saya segera aja memperkenalkan Model Marketing Plus 2000 saya dan minta endorsement. Selain itu, saya segera minta untuk jadi representative dia di Indonesia. Semuanya lancar, dia setuju semua, mungkin karena guilty feeling. Pertemuan sejam di lobi Grand Hyatt yang menentukan!

Saya pulang dari New York City senyum-senyum karena sudah bisa pakai logo Al Ries di semua printed material. MarkPlus! Selain itu saya bisa menggunakan endorsement Al Ries untuk konsep saya! Itulah permulaan hubungan saya dengan Al Ries yang akhirnya jadi teman baik saya sampai sekarang.

Pelajaran kali ini? All you need is clear positioning
Posted by Kiasati On 9:37 PM No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blog Archive

Blogger news