so beautiful, so colourfull

so beautiful, so colourfull

KALAU nanti Venezuela dan Kolombia akhirnya benar-benar berperang, Amerika Serikat (AS)-lah yang harus disalahkan. Mengapa? Sebab, memanasnya hubungan dua negara bertetangga di Amerika Latin itu tak lepas dari "provokasi" Negeri Paman Sam yang menggandeng Kolombia dalam Perjanjian Kerja Sama Pertahanan (DCA).

Perjanjian yang diteken pada 30 Oktober 2009 itu melegalkan berdirinya tujuh pangkalan militer AS di Kolombia. DCA disepakati setelah AS gagal merayu Ekuador untuk memperpanjang kontrak pangkalan militer mereka di Mantan.

Otomatis Venezuela yang oleh mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush dimasukkan sebagai negara poros setan langsung panas. Bahkan, bukan hanya Venezuela, tapi region Amerika Selatan yang secara umum "kiri" dan karena itu berseberangan dengan AS. Mereka menganggap, kehadiran serdadu Paman Sam di Kolombia -negeri paling "kanan" di Amerika Selatan- sebagai bentuk ancaman keamanan.

Buntutnya, perlombaan senjata di kawasan tersebut pun semakin tereskalasi. Tak heran kalau majalah Semena sampai menurunkan laporan khusus tentang bergolaknya Amerika Latin karena kerja sama AS-Kolombia itu dengan tajuk "Awal Perang Dingin Baru".

Padahal, sebelum DCA pun, berdasar data dari Nueva Mayoria -sebuah lembaga penelitian sosial politik di Buenos Aires, Argentina- negara-negara Amerika Selatan telah menggenjot belanja militer hingga 30 persen pada 2008 atau USD 51 miliar (sekitar Rp 477,6 triliun).

Tapi, mungkin di situ pula tersembunyi motif AS sebenarnya dengan memaksakan hadir di Kolombia: menggelembungkan pemasukan lewat penjualan senjata. Sebab, berdasar data Global Post yang dikutip situs berita independen Scoop, AS punya tiga pelanggan loyal di Amerika Selatan. Yakni, Kolombia, Brazil, dan Cile. Kolombia yang merupakan pelanggan terbesar, misalnya, menghabiskan USD 894 juta (sekitar Rp 8,37 triliun) untuk memborong persenjataan dari Washington.

"Kesepakatan (DCA) ini sepertinya jatuh dari langit. Dengan sumber daya dan dukungan AS, Kolombia tidak lagi harus melibatkan dirinya dalam perlombaan senjata regional (sendirian),'' tutur mantan Penasihat Keamanan Nasional Kolombia Armando Borrero seperti dikutip scoop.co.nz. (war/ttg)

*****Cak CR: Biangnya Provokator****
Posted by Kiasati On 12:58 AM No comments

0 comments:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blog Archive

Blogger news