so beautiful, so colourfull

so beautiful, so colourfull

Dari Coba-Coba, Hasilnya Luar Biasa

Jika berpesiar ke Bandung, tak lengkap rasanya jika tidak mencoba Brownies Kukus Amanda. Makanan legit nan empuk itu ternyata hasil karya wanita Jombang, Sumiwiludjeng (69). Dijual secara sederhana, malah membuat usaha keluarga ini, menggurita hingga memiliki 19 outlet dan empat pabrik dengan produksi lebih dari lima ribu bungkus per hari.

SEBELUM mengenal Sumiwiludjeng, banyak yang mengira nama Amanda diambil dari nama si empunya usaha. Padahal, Amanda merupakan sebuah singkatan dari "Anak Mantu Damai". Itulah harapan Sumiwiludjeng terhadap keempat anak lelakinya, Joko Ervianto, Andi Darmansyah , Sugeng Cahyono, dan Rizka Kurniawan, yang dari kecil selalu hidup rukun.

Agar memudahkan pembeli, nama Amanda itu kemudian diembel-embeli dengan trademark brownies kukus. Disebut brownies, karena bentuk fisiknya memang hampir sama dengan brownies. Warnanya cokelat pekat dan bahan bakunya juga terbuat dari cokelat. Sedangkan kata kukus ditambahkan karena proses pematangannya dengan dikukus, selain untuk membedakannya dengan brownies biasa yang dipanggang (oven).

Beragam cerita unik meluncur dari mulut Sumiwiludjeng ketika Jawa Pos memintanya menjabarkan pengalaman orang yang sekilas nampak bersahaja ini dalam membangun bisnis.''Saya di sini (Bandung, red) hanya ikut suami tugas,'' kata wanita kelahiran Jombang, Jawa Timur, 1 Agustus 1940 itu saat ditemui di Kantor Pusat Brownies Amanda di daerah Margahayu, Bandung Sabtu (13/2).

Pilihan tinggal di Kota Kembang itu sebetulnya bukan murni kehendak Nyonya Sumi, panggilan akrab Sumiwiludjeng. Namun, dia mengikuti penugasan sang suami, Syukur, yang kini sudah pensiun dari pekerjaan sebagai pegawai PT Pos Indonesia yang kerap dipindah tugaskan.

Awalnya, sang kepala keluarga tugas di Bogor selama tujuh tahun. ''Itu setelah setelah lulus Akademi Pos, Telepon, dan Telegram (APTT) dan menikah pada 1964. Setelah itu pindah ke Bandung, Magelang, dan saat akan pensiun kembali lagi dinas di Bandung,'' kata anak pertama dari delapan bersaudara ini.

Di setiap kota yang ditinggali wanita yang memiliki hobi berkebun itu, dia bersama keluarga selalu berusaha membuka home industry yang memproduksi kue. ''Usaha kue ini saya dirikan sebenarnya agar bekal ilmu yang saya peroleh dari sekolah jurusan tata boga tidak sia-sia. Tetapi karena tinggalnya tidak pernah lama, maka (usaha) tak bisa besar. Setiap mau besar, eh bapak dimutasi,'' kenang nenek enam cucu itu.

Sampai tahun 2.000, menjelang masa pensiun, sang suami dipindah tugaskan ke Bandung lagi, keluarga pun diboyong serta. ''Di situ saya kepikiran untuk mulai coba-coba membuka usaha kue sambil mengisi masa pensiun. Untuk promosi, pada setiap pesanan kue kotak saya selipkan sepotong brownies kukus dengan resep khusus temuan saya,'' jelas penyuka rujak cingur ini.

Nyonya Sumi menjelaskan, jika dimasak dengan dikukus, tekstur brownies menjadi lebih lembut dibanding dimasak dengan cara yang lazim digunakan orang kebanyakan, yakni dipanggang (dioven). ''Awalnya saya hanya ingin menciptakan kue yang bisa dikonsumsi semua kalangan dan seluruh tingkatan umur karena empuk dan enak. Ternyata responsnya luar biasa,'' tutur ibu yang malah tak ingin keturunannya ada yang bernama Amanda itu.

Saat itu, enam orang karyawan di dapur rumahnya yang berukuran 3x6 meter sampai kuwalahan memenuhi pesanan yang mengalir deras. Pada 2002, empat anak laki-lakinya menggagas ide untuk menyewa lapak bekas warung nasi berukuran 5x6 meter di dekat rumah.

Di tempat baru, antrean pembeli malah bertambah panjang, berjubel sampai menghambat laju angkot. Setiap hari, tak kurang dari 500 kardus brownies terjual. Baru setahun kemudian, Nyonya Sumi memberanikan diri membuka satu cabang dibuka di pusat kota Bandung. Itu untuk memecah konsentrasi pembeli. Sejak itu, bisnis brownies Nyonya Sumi yang sebelumnya hanya coba-coba itu malah terus merekah. Kini, ada 19 outlet di seluruh Indonesia dan empat pabrik di Bandung, Surabaya, Jogjakarta, dan Medan, dengan karyawan 470 orang.

Pabrik-pabrik itu menyuplai kebutuhan untuk outlet di kota-kota yang jarak tempuhnya sekitar empat jam dari lokasi produksi. Sebab, brownies hanya bertahan empat hari.

Kini, cita-citanya Nyonya Sumi saat memberi nama Amanda, agar anak mantunya tetap damai, pun menjadi kenyataan. Kini, bersama suami, Nyonya Sumi menikmati masa tuanya dengan bahagia. (*/kim)
Posted by Kiasati On 11:52 PM No comments

0 comments:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blog Archive

Blogger news