so beautiful, so colourfull

so beautiful, so colourfull

Berbicara sepak bola pasti tidak terlepas dari yang namanya supporter. Tiap tim sepak bola baik dalam maupun luar negeri pastilah mempunyai pendukung/supporter dengan nama/julukannya masing-masing. Sebutlah Milanisti (Ac Milan),Holigan (Timnas Belanda), kalau di dalam negeri kita dapatkan Panser Biru (PSIS), The Viking (Persib), The jak (Persija) dan tak ketinggalan Bonek (Persebaya).
Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang pendukung dari team kesebelasan Persebaya atau nama kerennya Green Force. yaitu Bonek. Kata Bonek sendiri merupakan singkatan dari Bondo Nekat. Bondo Nekat…..? ya itulah julukan yang asal mulanya di berikan oleh Harian pagi Jawa Pos di tahun 1989. di tahun tersebut persebaya Surabaya untuk pertama kalinya lolos ke senayan untuk melakoni laga final melawan Persija. Dengan di koordinir oleh Dahlan Iskan selaku pimpinan redaksi Jawa Pos (sekarang menjabat sebagai Dirut PLN) para pendukung kesebelasan ini berbondong-bondong ke Jakarta dengan menggunakan 110 bus, sedangkan yang tidak terkoordinir tetap nekat datang juga dengan modal yang pas-pasan bahkan sampai harus “ggandol” truk di jalanan. Inilah latar belakang dari sebutan Bondo nekat (Bonek) tersebut. Para Bonek ini bukan hanya berasal dari kota Surabaya saja tetapi juga berasal dari kota – kota di sekitar Surabaya, sebut saja Mojokerto, Krian.Jombang,Sidoarjo,Lamongan dan Gresik. Coba saja anda lewati jalur kota tersebut pada saat Persebaya akan melakoni laga krusialnya seperti laga melawan rival terberatnya seperti Persija Jakarta atau Arema malang pasti anda akan menemui segerombolan pemuda dan anak anak berbaju serba hijau melewati jalanan tersebut dengan menggunakan motor ataupun menaiki truk.
Seperti halnya para pendukung kesebelasan sepak bola di luar negeri, Bonek pun mempunyai sekutu seperti The Viking (Persib bandung) dan Panser Biru (PSIS Semarang) juga mempunyai musuh bebuyutan juga, yaitu The Jak (Persija Jakarta) dan Aremania (Arema Malang).

Bonek identik dengan KERUSUHAN…?
Dalam perkembangannya Bonek ini lebih di kenal sebagai biang rusuh. Seperti halnya pada saat persebaya melakoni laga tandang melawan Persib Bandung. Tanpa koordinasi para bonek ini berbondong-bondong pergi mengikuti kesebelasannya hingga ke Bandung. Ribuan bonek berangkat dengan menggunakan kereta api pasundan. Meskipun kereta yang akan di gunakan telah penuh sesak mereka seakan tidak peduli. Lokomotif dan atap keretapun mereka naiki. Suasananyapun mengalahkan suasana yang terjadi pada waktu H-1 di hari lebaran. Situasi yang mencekam terjadi pada waktu mereka melintasi kota solo. Entah siapa yang memulai tiba-tiba antara bonek yang di atas kereta dengan warga di sekitar stasiun (terdiri dari warga asli sekitar stasiun di tambah warga yang memang sengaja datang ke stasiun untuk mencegat para bonek) terlibat perang batu. Akibatnya korbanpun berjatuhan mulai dari bonek sendiri ,warga sekitar, polisi,para penumpang umum didalam kereta dan penumpang jurusan lain yang akhirnya kena delay karena kereta yang akan di tumpanginya dating terlambat karena ulah mereka tak ketinggalan para wartawan yang meliput banyak di antara mereka yang cedera kepala, belum lagi bangunan di sekitar stasiun kacanya pecah berantakan. Bahkan kereta yang di tumpangi bonek pun jendelanya sudah tidak utuh lagi.
Lantas bagaimana kalau pertandingan di lakukan di kota Surabaya sendiri...?, sama saja Tetep Rusuh. Jalanan kota akan di buat macet oleh mereka, bagaimana tidak macet mereka menaiki motor secara ugal-ugalan dan memenuhi jalanan dengan menggeber gas sekeras-kerasnya. Jalanan seakan menjadi milik mereka sendiri, dengan membawa tongkat panjang mereka berjalan bergerombol dengan kecepatan rendah sehingga membuat macet semua kendaraan yang ada di depan mereka. Peraturan lalu-lintas mereka libas, lampu lalin, marka maupun arah jalan seolah tak ada artinya kalau bonek yang lewat. Semua toko yang dilalui bonek inipun langsung tutup apabila mereka lewat. Jadi bisa dikatakan bonek merupakan momok bagi semua orang.
Tetapi sebagian oring mengatakan bahwa sifat bonek tersebut merupakan titisan dari sikap kepahlawanan arek-arek suroboyo dikala melawan penjajah. Dengan hanya bermodal bambu mereka nekat melawan penjajah yang bersenjata lengkap. Tapi menurut penulis itu hanya alasan pembenar yang tak masuk akal sama sekali. Jelas sekali perbedaannya, para pejuang kita saat itu membela kepentingan rakyat dengan jiwa patriotisme yang tinggi tidak seperti bonek sekarang yang hanya mementingkan kepantingan mereka sendiri dan tidak memperdulikan masyarakat di sekitarnya, bahkan cenderung memusuhinya.
Mengerikan, Perusuh, Pembuat onar……..itulah pandangan orang yang baru saja kenal bonek. Melihat tingkah laku mereka selama ini tidaklah heran kalau semua orang mempunyai pandangan seperti itu. Lantas apakah selamanya bonek akan di cap negatif oleh semua orang….?. bisakah kita merubah mereka….?. merubah sikap dan pandangan mereka…?… Tidak mungkin kita merubah julukan "Bonek" karena di rubah dalam nama apapun kalau paradigmanya masih seperti itu saya kira percuma saja.
Siapa sih yang harusnya bertanggung jawab atas mereka…?. Team Persebaya….? Terlalu naïf kalau kita mengatakan seperti itu. Semua elemen yang terkait dengan dunia persepak bolaan inilah yang harus duduk bersama dan memecahkan permasalahan ini. Baik PSSI selaku induk organisasi, Persebaya selaku inisiator, pihak keamanan serta koordinator bonek secara langsung. YSS (Yayasan Supporter Surabaya) yang di komandoi oleh Wastomi harusnya lebih aktif dan agresif untuk menata organisasinya. Apabila koordinasi bonek bisa tertata dengan baik penulis yakin keadaan akan segera berubah. Sudah seharusnya bonek di tata lebih modern dengan di bentuk pengurus-pengurus yang kompeten yang bisa menjangkau dari kalangan atas sampai ke akar rumput para bonek. Mungkin bisa dengan cara memberikan identitas yang jelas kepada para bonek tersebut, jadi para koordinator akar rumput harus benar-benar mempunyai identitas yang rinci para anggotanya.Jadi apabila ada anggotanya yang terlibat kerusuhan koordinatorpun harus bertindak tegas, dengan begitu lambat tapi pasti sikap brutal bonek pasti akan berubah. Harusnya harian pagi Jawa Pos sebagai pemberi nama bonek bisa memfasilitasi terbentuknya Bonek Modern. Bukankah selama ini Jawa Pos sebagai media masa terbesar di Surabaya telah berulang kali berhasil untuk men”dogma” masyarakat Surabaya untuk melakukan berbagai kegiatan yang positif seperti mengatur pengendara motor untuk pindah ke lajur kiri dan melaksanakan program green and clean, maka dari itu mungkin bisalah harian ini untuk sedikit “cawe-cawe” mengurusi masalah bonek yang makin lama makin “ruwet” ini.
SAATNYA MEREIKARNASI BONEK
Bonek Mania dengan segala kreativitasnya sangat di sayangkan apabila masih bersikap “urakan” dan merugikan orang lain. Penulispun adalah pendukung berat persebaya, bahkan DULU BANGGA apabila mendapat sebutan Bonek . malu itulah yang di rasakan sekarang apabila mendapat julukan tersebut karena kata Bonek memang bergeser ke arah negatif akibat kelakuan brutal bonek selama ini. Janganlah sampai anak-anak kita atau generasi penerus bonek ini mewarisi tingkah polah senior-seniornya. Jadikanlah peristiwa Bandung kemaren sebagai titik balik dari sikap bonek selama ini. Jadikan korban kemaren korban terakhir. Jadikan kerusakan kemaren kerusakan terakhir,marilah merekarnasi kembali. Rubahlah wujud bonek ke arah yang lebih baik, lebih beradab,lebih kreatif,lebih terorganisir sampai ke bawah, jadikan kita bangga dengan sebutan BONEK. Bentuklah duta-duta perwakilan untuk menjalin persahabatan dengan supporter kesebelasan lainnya sehingga bisa menyejukkan iklim persepak-bolaan kita.
Posted by Kiasati On 4:03 PM No comments

0 comments:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blog Archive

Blogger news