
BERN - Kian banyaknya remaja puber yang melakukan hubungan seksual tidak aman membuat pemerintah Swiss kewalahan. Otoritas setempat tak ingin angka kehamilan di luar nikah -apalagi yang diikuti aborsi- terus membumbung. Jalan pintas untuk mengatasinya, dibikinlah kondom berukuran kecil.
Sarung pengaman ukuran spesial tersebut dianggap penting. Itu berdasar polling yang melibatkan 12.970 remaja usia 13-20 tahun. Kesimpulannya, seperempat responden malas menggunakan kondom lantaran ukurannya terlalu besar bagi mereka sehingga mengurangi kenyamanan.
Diameter kondom standar 5,2 sentimeter. Nah, menjawab kebutuhan konsumen khusus tersebut, akhirnya dibuatlah Hotshot yang berdiameter 4,5 sentimeter. Meski demikian, keduanya mempunyai panjang yang sama, yakni 19 sentimeter.
Hotshot yang akan dipasarkan dengan harga GBP 4,70 (Rp 65 ribu) per pak berisi enam itu dibuat Lamprecht AG, perusahaan kondom ternama di Swiss. Nysse Norballe, juru bicara Lamprecht AG, menyatakan bahwa untuk saat ini Hotshot baru dipasarkan untuk Negeri Arloji itu. Namun, sangat terbuka peluang dijual juga di negara-negara lain.
''Inggris akan menjadi prioritas utama kami,'' jelasnya sebagaimana dikutip Telegraph. Negeri kerajaan tersebut menjadi pasar paling menarik karena kasus kehamilan remajanya tertinggi di Eropa.
Di Swiss hubungan seksual di luar pernikahan dilegalkan, asal berusia minimal 16 tahun. Meski demikian, mereka yang lebih muda tiga tahun pun mendapat kelonggaran. Remaja 13 tahun juga boleh melakukan hubungan seksual tanpa takut dipidanakan.
ABG ingusan yang menyalurkan hasrat seksualnya secara bebas kepada lain jenis menunjukkan tren naik. Berdasar data Komisi Federal untuk Anak dan Remaja, jumlah remaja usia 12-14 tahun yang ngeseks bertambah banyak jika dibandingkan dengan periode 1990-an. Dalam penelitian tersebut, mereka mewawancara 1.480 orang berusia 10-20 tahun.
Badan Keluarga Berencana dan Swiss Aids Federation juga mendorong produksi Hotshot, setelah dilakukan sejumlah penelitian. Termasuk oleh Pusat Pengembangan dan Psikologi Kepribadian, Basel University.
''Hasilnya mencengangkan. Sebagian remaja laki-laki melakukan tindakan yang berisiko. Mereka cenderung tidak melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang seks. Tidak tahu konsekuensi dari apa yang dilakukannya dan meninggalkan pasangan mereka untuk mengurusi sendiri konsekuensi perbuatan mereka,'' papar ketua penelitian, Nancy Bodmer.
Pada 1999 pemerintah setempat berjanji memangkas jumlah ABG hamil hingga setengahnya dalam sepuluh tahun. Namun, berdasar data yang dirilis Badan Statistik Nasional minggu lalu, kehamilan remaja pada usia 18 tahunan tidak bisa diturunkan secara signifikan. (cak/ami)
Cak CR: Klo kehabisan pake tas kresek ae....
0 comments:
Post a Comment